Senin 04 Sep 2017 08:37 WIB

Ibadah Kurban dalam Sudut Pandang Ekonomi Islam

Penyembelihan hewan kurban UPZ Kemenpora dan BAZNAS  di  Pondok Pesantren Al Mubaarak RT 02/06, Kampung Cibeureum, Desa Cibatok II, Kabupaten Bogor.
Foto: baznas
Penyembelihan hewan kurban UPZ Kemenpora dan BAZNAS di Pondok Pesantren Al Mubaarak RT 02/06, Kampung Cibeureum, Desa Cibatok II, Kabupaten Bogor.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR –  Bagaimanakah ibadah kurban dalam sudut pandang ekonomi Islam? Topik menarik ini akan dibahas dalam Kajian Ekonomi Syariah di Masjid Alumni IPB Bogor, Senin (4/9) ba’da Maghrib. Narasumber tetap kajian yang digelar setiap Selasa petang itu adalah Ustaz Thuba Jazil bin Damanhuri.

Dalam pengantar yang disampaikan kepada Republika.co.id, Senin (4/9) pagi, Thuba mengemukakan, pada dasarnya manusia diciptakan dengan sifat cenderung untuk menyembahkan diri. Ibadah-ibadah dalam tuntunan Islam memiliki dua  implikasi dalam kehidupan seorang Muslim.

Apabila diibaratkan sebuah grafik, X sebagai muamalat sosial dan Y sebagai muamalat ruhiyyah. “Maka, semakin tinggi ibadah ritual seseorang maka diharapkan semakin besar pula dampak positif terhadap sesama,” ujar Thuba yang juga dosen Bisnis dan Manajemen STEI Tazkia.

Ibn Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid Wa nihayatul Muqtashid mengelompokkan ibadah dalam du kategori, yakni ibadah mahdhloh dan ghairu mahdhoh. Mahdhoh diterjemahkan sebagai ibadah ghairu ma’qulatil ma’na (akal tidak mampu meresapi makna).

Sedangkan, ghairu mahdhoh merupakan ibadah ma’qulatul ma’na (akal mampu mencerna maknanya). “Implikasi kedua ibadah ini harus tecermin dalam diri seorang Muslim, dengan hubungan searah dan sejajar,” kata Thuba mengutip Ibn Rusyd.

Ibadah kurban, kata Thuba, merupakan bentuk ibadah ruhiyah yang memiliki aspek sosial yang sangat tinggi. Apabila ibadah-ibadah mahdhoh lainnya sulit diterjemahkan dalam kemanfaatan sosialnya, beda halnya dengan kurban.

Ibadah kurban mencerminkan akan syarat ibadah ruhiyah dan juga ibadah sosial dalam satu kesatuan yang kentara. “Ditinjau dalam sudut pandang ekonomi Islam, kurban menjadi salah satu sarana distribusi dimana konsep distribusi dimasukkan di dalamnya unsur keadilan dan pemerataan,” ujar  Peneliti Senior CIBEST IPB itu.

Ia menjelaskan, pemenuhan kebutuhan fakir dan miskin menjadi pokok utama pendistribusian daging hewan kurban,  sedangkan kerabat dan juga si pekurban tetap diperhatikan. Tingkat kepedulian antarsesama meningkat disebabkan interaksi sosial yang terjalin.

“Prosesi penyembelihan, pengurusan, dan pembagian daging menjadi momen untuk saling berinteraksi sosial, dengan diakhiri pendistribusian kepada mereka yang berhak atas daging kurban teresebut,” ujarnya.

Ingin mengetahui lebih lengkap keterkaitan ibadah kurban dengan aspek ekonomi lainnya? “Silakan hadir dalam kajian rutin ekonomi Islam Masjid Alumni IPB yang digelar setiap Senin, bakda Maghrib. Pada kajian hari ini, Ustaz Thuba Jazil bin Damanhuri akan mengupas tentang kaitan ibadah kurban dengan aspek-aspek ekonomi Islam. Kajian ini terbuka untuk umum dan gratis,” kata Ketua DKM Masjid Alumni IPB Iman Hilman kepada Republika.co.id, Senin (3/9).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement