Jumat 01 Sep 2017 11:39 WIB

Tradisi Menyebut Idul Adha Sebagai Galungan Bali

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indira Rezkisari
Dua anggota Pecalang atau satuan pengamanan adat Bali mengatur lalu lintas saat pelaksanaan salat Iduladha di Lapangan Lumintang Denpasar, Jumat (1/9). Pecalang turut dilibatkan bersama TNI dan Polri dalam pengamanan ibadah di Bali untuk memperkuat kerukunan dan toleransi antar umat beragama.
Foto: Antara
Dua anggota Pecalang atau satuan pengamanan adat Bali mengatur lalu lintas saat pelaksanaan salat Iduladha di Lapangan Lumintang Denpasar, Jumat (1/9). Pecalang turut dilibatkan bersama TNI dan Polri dalam pengamanan ibadah di Bali untuk memperkuat kerukunan dan toleransi antar umat beragama.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Islam masuk ke Pulau Dewata sejak abad ke-16, tepatnya di masa pemerintahan Raja Gelgel I, yaitu Raja Ketut Ngelesir di Klungkung. Orang-orang Islam pertama kali datang ke Gelgel sebagai pengiring dalem atau raja dari Majapahit.

Mereka tinggal di sebelah timur pusat pemerintahan kerajaan, kemudian mendirikan sarana ibadah sederhana. Lama kelamaan jumlah mereka bertambah banyak, sehingga mendirikan perkampungan yang diberi nama Kampung Gelgel. Kampung Gelgel merupakan kampung Islam tertua di Pulau Bali. Di sana berdiri Masjid Nurul Huda yang merupakan masjid tertua sekaligus masjid pertama di Pulau Dewata.

Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana menceritakan tradisi kurban sudah dilakukan turun temurun di Klungkung. Raja-raja Klungkung sejak saat itu menyumbangkan sapi untuk umat Muslim di Klungkung.

Tradisi kurban di Kerajaan Klungkung, kata Sudiana diikuti Raja Pemecutan di Denpasar, serta Raja Buleleng pada abad ke-17. Raja Pemecutan memberikan sapi kurban kepada umat Muslim di Kepaon. Kampung Islam Kepaon masuk ke wilayah Desa Pemogan, Denpasar.

Pada abad ke-18, Raja Karangasem bahkan memberikan sumbangan hewan kurban secara besar-besaran kepada umat Muslim di sana. Sudiana menceritakan Raja Karangasem memberikan sapi, kambing kepada penduduk Muslim, bahkan membuatkan mereka kampung khusus yang jumlahnya mencapai 16 kampung, lengkap dengan masjid di dalamnya.

"Idul Fitri dan Idul Adha bahkan dikenal juga sebagai Galungan Jawa (untuk seorang Muslim keturunan Jawa yang tinggal di Bali) atau Galungan Bali (untuk seorang Muslim keturunan Bali)," kata Sudiana kepada Republika.co.id, Jumat (1/9).

Sudiana mengucapkan selamat Idul Adha untuk seluruh umat Muslim di Bali juga Nusantara. Dia berharap Idul Adha tahun ini semakin memperkuat kerukunan dan kedamaian antarumat beragama di Indonesia.

"Semoga kita semua mendapat pencerahan, hidup rukun, damai, saling bersilaturahmi, saling memberi kasih sayang dalam satu negara, Pancasila yang berbineka tunggal ika dan sangat dikagumi dunia," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement