Selasa 29 Aug 2017 18:00 WIB

Mengenal Metode Takhrij Hadis

Pesantren Ramadhan, Membentuk Disiplin Ibadah dan Berakhlakul Karimah.  Siswa-Siswi SMPN 321 DKI Jakarta mengikuti Pesantren Ramadhan di Jakarta Islamic Center (JIC), Jakarta, Selasa (13/6). Kegiatan yang dilakukan pada bulanRamadhan tersebut bertujuan untuk membentuk pribadi yang disiplin dalam beribadah dan berakhlakul karimah agar masa muda lebih bermakna. Kegiatan Pesantren Ramadhan antara lain praktek sholat, tata cara berwudhu, tadarus Al-Quran, Sejarah Islam, Kajian Hadist, dan materi akhlakul karimah.
Foto: Yasin Habibi/Republika
Pesantren Ramadhan, Membentuk Disiplin Ibadah dan Berakhlakul Karimah. Siswa-Siswi SMPN 321 DKI Jakarta mengikuti Pesantren Ramadhan di Jakarta Islamic Center (JIC), Jakarta, Selasa (13/6). Kegiatan yang dilakukan pada bulanRamadhan tersebut bertujuan untuk membentuk pribadi yang disiplin dalam beribadah dan berakhlakul karimah agar masa muda lebih bermakna. Kegiatan Pesantren Ramadhan antara lain praktek sholat, tata cara berwudhu, tadarus Al-Quran, Sejarah Islam, Kajian Hadist, dan materi akhlakul karimah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah takhrij sering kita dengar dalam khazanah ilmu hadis. Takhrij secara bahasa bermakna  menyatukan dua hal yang berbeda. Ia seakar dengan kharaja-yukharriju-takhrij. Kata takhrij juga  bermakna istinbat (menggali, mengeluarkan), tadrib (pembiasaan, latihan), taujih  (penjelasan), ibraz (mengeluarkan), dan izhar (melahirkan).

Secara istilah dalam ilmu hadis, takhrij bermakna upaya untuk mengetahui sumber kitab utama suatu  hadis, menelusuri dan menilai rangkaian silsilah para periwayat hadis tersebut, menjelaskan  tingkatannya serta mempertimbangkan apakah hadis tersebut dapat dijadikan suatu dalil.

Takhrij hadis ini sangat diperlukan. Misal jika kita menemukan hadis yang berunyi, "Agama yang  paling dicintai Allah adalah agama yang toleran." Matan (isi) hadis tersebut tidak menjelaskan  siapa sumbernya dan kemungkinan hadis itu potongan dari sebuah hadis yang panjang. Maka untuk  menelusuri darimana potongan kalimat hadis itu berasal, dibutuhkan ilmu takhrij hadis. 

Ulama menurut Ensiklopedi Islam membagi beberapa metode dalam ilmu takhrij hadis. Petama,  takhrij berdasarkan awal kata dari isi hadis. Guna melakukannya terlebih dahulu harus diketahui  seluruh atau minimal awal dari matan hadis tersebut. Yang juga penting adalah huruf awal dari kata yang  paling awal dalam matan hadis tersebut.

Misalnya hadis, man gassana fa laisa minna (barang siapa menipu, bukan umatku). Potongan hadis ini  dapat ditelusuri dari kitab takhrij bab mim dan nun karena huruf awal dan kedua dari kata tersebut  terdiri dari huruf mim dan nun. Pada kitab takhrij akan ditemui hadis utama yang mencantumkan hadis  tersebut ada di kitab mana saja.

.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement