Jumat 25 Aug 2017 18:00 WIB

Utsmaniyah Beri Warna Baru Diplomasi Dunia Islam

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Era Dinasti Ottoman.
Foto: Aksitarih.com
Era Dinasti Ottoman.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pada abad ke-15, interaksi antara kaum pedagang, diplomat, dan kalangan pendeta yang berasal dari Italia dan Kesultanan Ottoman menciptakan warna baru dalam hubungan diplomatik dunia Islam dengan Eropa. Fungsi utama seorang diplomat yang awalnya hanya sebagai negosiator pada akhirnya berkembang menjadi wakil sebuah negara yang membidangi semua aspek urusan politik.

“Bisa dikatakan, berbagai bentuk diplomasi yang diterapkan selama periode modern awal banyak dipengaruhi oleh budaya Ottoman,” ungkap Daniel Goffman lewat buku Negotiating with the Renaissance State: The Ottoman Empire and the New Diplomacy.

A Nuri Yurdusev dalam buku Ottoman Diplomacy: Conventional or Unconventional? menjelaskan, duta-duta Ottoman yang ditempatkan di Eropa biasanya ditunjuk sementara dalam waktu yang sangat terbatas. Kebijakan tersebut bertolak belakang dengan negara-negara Eropa lainnya yang mengirimkan duta mereka secara tetap di Ottoman.

Menurut catatan, ada sebanyak 145 utusan sementara yang dikirim Ottoman ke Venesia antara 1384-1600. Menjelang akhir abad ke-18, barulah Kesultanan Ottoman mulai menempatkan duta tetapnya di negara lain.

“Yusuf Agha Efendi yang dikirim ke London pada 1798 merupakan diplomat Ottoman pertama yang menetap di Inggris dalam waktu cukup lama,” ujar Yurdusev.

Kesultanan Ottoman kemudian juga menempatkan duta-duta tetapnya di Paris (Paris), Wina (Austria), dan Berlin (Jerman). Langkah itu dilakukan untuk membangun hubungan persahabatan dengan negara-negara Eropa pada waktu itu.

Diplomat dari Eropa mulai berdatangan ke Ottoman tak lama setelah ditaklukkannya Konstantinopel oleh Sultan Muhammad II al-Fatih pada 1453. Yang pertama adalah duta besar Bartelemi Marcello yang datang dari Venesia pada 1454. Kemudian disusul oleh duta besar Jean de La Forêt dari Prancis pada 1535.

Pada 1583, duta-duta besar dari Venesia dan Prancis mencoba menghalangi diplomat asal Inggris, William Harborne, memperoleh tempat tinggal di Ottoman. Namun, upaya mereka ketika itu gagal. Langkah yang sama kemudian juga dilakukan Venesia, Prancis, dan Inggris terhadap duta besar Belanda, Cornelius Haga, yang berusaha mendapatkan tempat menetap di Istanbul pada 1612.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement