Senin 21 Aug 2017 23:07 WIB

Teladan Nafisah

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)
Foto: Republika/Prayogi
Ilustrasi Dakwah Muslimah. (Republika/ Prayogi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah berikut ini menggambarkan tentang salah satu keteladanan tokoh perempuan kita dalam sejarah peradaban Islam. Nafisah binti al-Hasan.  Cucu Rasulullah SAW kelahiran Makkah, 145 H, itu terkenal dengan kezuhudannya. Banyak riwayat yang mengisahkan bagaimana Nafisah benar-benar menghabiskan masa hidupnya untuk menempa diri dan berbakti kepada Sang Khalik. 

Nafisah sadar dan meyakini dunia fana. Ia pun berpaling darinya. Ia membaktikan diri sepenuhnya untuk Allah SWT. Ia menempuh jalan zuhud. Mengisi hari-harinya dengan beribadah. Shalat malam dan berpuasa pada siang hari. 

Di sudut rumahnya, ia menggali tanah hingga menyerupai liang lahat. Di lubang itulah, ia shalat dan banyak menelaah Alquran. Seperti dikisahkan, ia membaca Alquran sebanyak 190 kali di lokasi itu. 

Ketekunannya itu tak luput dari perhatian sang suami, Ishaq al-Mu'tamin bin Imam Ja'far as-Shadiq. Ia meminta agar Nafisah memerhatikan pula kondisi fisiknya. Ia tetap konsisten di jalannya. “Barang siapa yang beristiqamah bersama-Nya, alam semesta ada di genggaman dan akan menaatinya,” katanya.

Nafisah adalah sosok yang berhati-hati (wara'). Tak terkecuali soal makanan. Ia tidak pernah memakan apa pun kecuali dari harta suaminya. Ini berdampak pada kekuatan doa yang ia panjatkan. Doa nafisah terkenal mujarab. 

Konon, Imam Ahmad bin Hanbal pernah sengaja meminta doanya. Satu per satu warga Mesir mulai menyadari kedudukan Nafisah. Tiap hari mereka memadati rumah Nafisah. Ada yang ingin belajar, sebagiannya ingin mengharapkan doa.

Kondisi ini membuatnya resah. Ia semakin sulit beribadah. Waktunya tersita. Ia memutuskan meninggalkan Mesir dan kembali ke Madinah. Tak lama kabar itu terdengar oleh otoritas Mesir, Sirr al-Hakim, turun tangan.

Sang penguasa mencegah rencana tersebut. Sebagai solusi, tempat tinggal Nafisah dipindahkan di kawasan Darb as-Siba'. Jadwal kunjungan dibatasi hanya dua hari, yaitu Sabtu dan Rabu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement