Kamis 10 Aug 2017 22:10 WIB
Pembela Palestina

Azzam: Zionis tak Ubahnya Apartheid di Timur Tengah

 Wanita Palestina melewati pos pemeriksaan tentara zionis Israel dekat Masjid Al Aqsa di Yerusalem.
Foto: Majdi Mohammed/AP
Wanita Palestina melewati pos pemeriksaan tentara zionis Israel dekat Masjid Al Aqsa di Yerusalem.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Bila Barat terus-menerus menyikapi konflik Palestina-Israel secara tidak adil, bisa jadi intifadah-intifadah berikutnya akan terus terjadi. Sampai pada poin ini, Aktivis Azzam Tamimi menegaskan posisinya sebagai pejuang pro demokrasi global, bukan semata-mata pro kemerdekaan Palestina. Sebagai warga negara Inggris, penulis buku Democracy in Islamic Thought (2009) ini tidak ragu-ragu menentang zionisme.

Karena itu, ia kerap mendapatkan tudingan sebagai anti-Yahudi atau pendukung neo-Nazi dan teroris. Segenap stereotip miring itu tidak menggoyahkan keteguhannya. Bagi Azzam, zionisme tak ubahnya dengan Apartheid karena sama-sama berdasarkan ideologi rasis yang berbahaya.

Sejak beberapa tahun terakhir, Azzam pun turut aktif dalam kampanye solusi pasca-Apartheid di Timur Tengah. Itu bertujuan agar eksistensi rezim Israel diakhiri. Sebagai gantinya, negara Pales tina akan berisi warga yang heterogen te tapi memiliki hak-hak yang setara dan de mo kratis.

Suatu kondisi yang pernah tidak asing di wilayah bekas kekuasaan Kesul tanan Turki Ottoman itu. Kepiawaiannya selaku penulis tampak dari pelbagai kolom di surat kabar. Kini, Azzam Tamimi tercatat sebagai pemimpin redaksi saluran televisi Ahiwar. Artikel-artikelnya juga kerap terbit di sejumlah media Inggris yang cenderung bersimpati pada perjuangan Palestina.

Dalam kolom the Guardian, Juli 2014 lalu, Azzam mengecam keras pencitraan yang Barat lakukan untuk memosisikan Israel seakan-akan korban. Jelas-jelas, kata dia, Israel telah me la kukan kejahatan perang (war crime) ka rena menyasar penduduk sipil tak ber sen jata. Penyerangan itu mengabaikan hak asasi.

Para pemimpin Israel membenarkan tindakannya mengebom rumah-rumah penduduk serta membantai anak-anak dan pe rempuan. Mereka mengklaim bahwa Ha mas memakai orang-orang sipil sebagai tameng manusia. Namun, jelas seranganse rangan (oleh Israel) yang adalah kejahatan perang justru telah membuat malu para pendukung Israel di Barat, katanya menjelaskan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement