REPUBLIKA.CO.ID, Salah satu tempat bersejarah di Madinah yang biasa dikunjungi jamaah haji adalah Masjid Qiblatain (dua kiblat). Inilah satu-satunya masjid yang memiliki dua mihrab: satu menghadap ke Ka'bah di Makkah dan satu lagi menghadap ke Baitul Maqdis di Jerussalem Timur, yang kini diduduki Israel.
Di masjid ini Nabi Muhammad SAW menerima wahyu untuk berpindah kiblat dari Baitul Maqdis ke Ka'bah di Makkah. ''Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram,'' demikian bunyi wahyu ayat 144 dari Surat al baqarah itu. Padahal, saat itu beliau sedang salat Zuhur berjamaah dengan para sahabatnya. Karena ini perintah Allah, maka setelah turun wahyu tersebut, Rasulullah menghentikan sementara salatnya dan kemudian meneruskan salat dengan mengarahkan posisi tubuhnya ke Masjidil Haram di Makkah. Nah, guna mengenang peristiwa yang mempunyai arti penting dari segi sejarah dan agama ini, mihrab yang menghadap ke arah Baitul Maqdis tidak dirobohkan.
Masjid Qiblatain terletak di jantung kota Madinah, sedikit ke utara. Semula luasnya hanya 425 meter persegi. Belakangan oleh pemerintah Arab Saudi bangunan ini diperluas dan kini mencapai 3.920 meter persegi. Rinciannya, satu sisi (yaitu yang menghadap ke jalan raya di sebelah utara), panjangnya 83 meter, sisi sebelah selatan 95 meter, dan sisi sebelah barat 82 meter.
Masjid ini terdiri atas dua lantai pada semua sisinya. Lantai atas mempunyai ruang utama (untuk salat kaum pria), balkon (untuk salat kaum wanita) dan tiga ruang yang diperuntukkan sebagai tempat menghafal Alquran. Luas ruang utama 1.990 meter persegi dengan daya tampung 2.000 jamaah, sedang luas balkon 400 meter persegi. Di bagian barat daya terdapat kamar untuk imam, muadzdzin (tukang adzan) dan penjaga masjid.
Tempat wudhu yang cukup luas terdapat di lantai bawah. Ruangan wudhu untuk pria memuat 80 orang, dan untuk wanita 30 orang. Dua tempat ini dikelilingi halaman dalam atau tepatnya taman yang ditanami pohonan dan bunga-bunga dengan tatanan nan indah.
Dindingnya juga tampak indah dengan catnya yang berwarna-warni. Langit-langitnya dicat dengan warna yang mendekati warna bata. Di bagian dalam tergantung dengan megahnya tempat lampu lilin (chandelier) kuno dari tembaga. Sedang untuk menerangi halaman dalam dan luar di sekeliling masjid dipakai lampu sokle yang ditaruh di atas tiang-tiang.
Pada lengkung-lengkung yang menghubungkan satu tiang dan tiang lainnya di dalam masjid terukir ornamen-ornamen yang elok. Ornamen-ornamen ini diambil dari khazanah seni Islami yang sangat kaya. Bentuk mihrabnya juga menawan, dengan tulisan ayat-ayat Alquran, buah tangan para ahli ukir dan kaligrafi Arab Saudi.
Berikutnya, perhatikanlah dindingnya. Pada bidang seluas 4.000 meter persegi (selain yang dicat), terdapat lapisan batu marmer dan batu granit yang mengkilat, putih dan hitam. Pada salah satu bagian dindingnya terdapat prasasti yang menceritakan ihwal dirubahnya kiblat umat Islam. Ditulis dalam beberapa bahasa termasuk arab melayu, di dinding tersebut terdapat anjuran bagi jamaah haji yang berziarah untuk melakukan salat sunat dua rakaat di masjid ini.
Karpet yang menghampar dan menjadi alas salat di masjid ini demikian lembut dan tebal. Dengan warna merah kombinasi garis saf berwarna krem, maka setiap kali salat di masjid ini para jamaah haji akan terkesan dan mudah memperoleh kekhusyukan. Konon, sajadah yang dipakai adalah yang terbaik dibanding yang dipunyai masjid-masjid lain di seantero Madinah.