Senin 31 Jul 2017 14:31 WIB

Demografi dan Kehidupan Sosial Muslim Cham

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Muslim Cham di Masjid Jamiul Nia Mah
Foto: amirul hasan
Muslim Cham di Masjid Jamiul Nia Mah

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Saat ini lebih dari 80 persen warga Cham telah memeluk Islam. Berdasarkan data pemerintah, Muslim merupakan kelompok agama terkecil dari enam kelompok agama di Vietnam.

Agama terbesar di sana adalah Buddha. Kegiatan agama berada di bawah kontrol pemerintah meski kegiatan ibadah pada sejumlah aliran keyakinan bisa muncul. Meski begitu, konflik antara penganut Katolik dan pemerintah terus berlangsung.

Sensus pada 1999 mencatat, ada 63.146 Muslim di Vietnam, yang sekitar 77 persennya tinggal di selatan Pesisir Tengah. Dari jumlah itu, sebanyak 34 persen tinggal di Provinsi Ninh Thuan, 24 persen di Provinsi Binh Thuan, sembilan persen di Ho Chi Minh, dan 22 persen sisanya tersebar di sekitar Delta Mekong; terutama di Provinsi An Giang.

Hanya satu persen Muslim yang tinggal di wilayah lain di Vietnam. Distribusi ini entah bagaimana berubah. Sebelum 1975, hampir setengah populasi Muslim di Vietnam tinggal di Delta Mekong. Kemudian, pada 1985, Muslim di Ho Chi Minh City mencapai 10 ribu orang.

Dari 54.775 Muslim, populasi di atas usia lima tahun sebanyak 13.516 orang atau 25 persen yang bersekolah. Saat ini, Muslim yang bersekolah mencapai 48 persen. Dari mereka yang bersekolah, hanya 22 persennya lelaki dan 32 persennya perempuan. Hanya satu persen pula Muslim yang bisa bersekolah hingga perguruan tinggi. Hal ini membuat mereka menjadi komunitas terbesar kedua yang kurang mendapat akses pendidikan dibanding kelompok agama yang lain.

Muslim yang minoritas ini hidup di tengah 86 juta penganut Buddha sebagai kelompok mayoritas di Vietnam. Meski bekas Kerajaan Champa adalah tanah asli Muslim Champ, perpindahan kekuasaan membuat mereka hidup di negara baru. Warga Cham dulunya adalah penganut Hindu yang mendiami wilayah selatan dan tengah Vietnam selama ratusan tahun dan secara perlahan masuk Islam.

Dengan segala kesulitan di tanah mereka sendiri, Muslim dan Islam tetap memikat bagi warga asli Vietnam. Meski ditentang keluarga, para mualaf merasa agama yang mereka anut saat ini masih lebih baik. Warga Muslim di sana sendiri tak peduli dengan politik. Di Ho Chi Minh terdapat puluhan imam yang sudah menjalani pelatihan. Terkadang, imam dari Malaysia juga berkunjung ke sana. Alquran juga sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Vietnam.

Sebagian warga Cham memiliki nama berunsur Arab pada kartu identitas kewarganegaraan mereka. Banyak pula warga Cham yang berhaji ke Makkah. Namun, karena praktik agama di Vietnam tak terlalu kuat,

Muslim di sana meminum alkohol meski masih tak mengonsumsi babi. Perayaan lokal seperti Tahun Baru Cina pun mereka ikuti dengan menghindari ritual agama yang menyertainya. Ramadhan dan hari besar Islam tetap menjadi ibadah dan perayaan besar Muslim di sana.

Kerudung, rok panjang, dan baju lengan panjang terbilang hal umum di lingkungan warga Cham. Namun, Muslimah di sana membiarkan kepala mereka terbuka saat pergi bekerja karena alasan diskriminasi. Diaspora juga menjadi kesempatan tersendiri. Negara mayoritas Muslim seperti Indonesia, Malaysia, atau Mesir menjadi pilihan mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement