REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melanglang buana hingga ke Benua Amerika, itulah jalan panjang dan terjal yang harus dilalui kaum Muslimin asal Afrika. Disebut terjal karena mereka tak lantas mengenyam kebahagiaan di benua baru itu.
Sebaliknya, mereka terempas dalam jurang yang penuh derita, menjadi budak. Kala itu, pada abad ke-18, perbudakan merupakan hal lumrah, tak terkecuali di Amerika.
Sebagian besar budak di sana berasal dari Afrika. Pria, perempuan, hingga anak-anak menjadi objek perbudakan. Ada yang karena terpaksa, lebih banyak lagi yang dipaksa. Mereka dicabut dari akar tempat tinggalnya dan diseret dalam dunia tak berkebebasan.
JD Fage dalam penelitiannya mengenai perbudakan dan jual beli budak di Afrika mengatakan, mereka diangkut dengan kapal-kapal untuk dibawa ke tanah Amerika. "Hampir tujuh juta warga Afrika mengarungi lautan menuju Amerika," tulis Fage dalam hasil risetnya yang dipublikasikan Jurnal Sejarah Afrika.
Tulisan lain dari Thomas A tentang Islam di Amerika juga menyebut soal para pendatang Muslim dari Afrika tersebut. Ia memperkirakan, 30 persen dari jutaan budak Afrika tersebut adalah Muslim. Amerika Utara menjadi tujuan sebagian besar dari mereka.