REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Moulavi lahir dari keluarga ilmuwan yang terkenal di Desa Chembarikka, Kasargod. Pendidikan awalnya dia dapat dari sang ayah, Muhammad Kunchi Musliyar bin Abdullah al- Jamhari. Ayahnya merupakan seorang ilmuwan yang dihormati masyarakat sekitar.
Sang ayah banyak mengajarkan cabang pengetahuan Islam di masjid selama 25 tahun. Dia juga menjabat sebagai qadi di beberapa desa di sekitar tempatnya tinggal yang disebut Mahallu.
Ketika ayah Moulavi meninggal dunia, dia meminta dengan tegas dapat mewarisi ayahnya sebagai ilmuwan. Saat itu, memang dia telah mumpuni dari sisi pengetahuan, kedewasaan, dan wawasan yang dibutuhkan untuk mewarisi akademis keluarga.
Ketika mempelajari mata pelajaran agama dari ayahnya, dia melanjutkan sekolah di Sekolah Tinggi Muslim Talangara dan menyelesaikan SSLC.
Dalam hal bahasa, selain belajar bahasa Arab dan Malayalam, dia juga mempelajari bahasa Urdu dan bahasa Inggris. Baginya, mempelajari bahasa merupakan pintu untuk menjelajahi dunia yang lebih luas.
Setelah lulus SSLC, dia melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi masjid tradisional atau lebih dikenal Palli Dars di berbagai tempat di Kerala. Kemudian dia menyelesaikan kursus Moulavi Fadhil Baqawi 1962 dari Sekolah Tinggi Arab Baqiyat al- Swalihat, Vellore, Tamil Nadu, sebuah pusat pembelajaran Islam yang lebih tinggi di India Selatan, didirikan pada 1882.
Setelah menyelesaikan pendidikan agama formalnya, dia memulai karier mengajarnya. Saat itu, dia menjabat sebagai mudaris di berbagai masjid perguruan tinggi kemudian menetap di Chembarikka setelah kematian ayahnya.
Moulavi meninggal dunia pada 15 Februari 2010. Banyak orang memberikan penghormatan karena kehilangan seorang cendekiawan Muslim. Hingga saat ini belum diketahui penyebab kematian utamanya.