REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak mudah membangun rasa saling mengasihi dan meredam permusuhan, memangkas kecurigaan, atau melelehkan kebencian. Riak-riak konflik tak jarang mewarnai kehidupan bermasyarakat, berinteraksi, dan bersilaturahim. Padahal, prinsip persaudaraan mestinya melandasi tiap sendi kehidupan bersosial.
Seorang Muslim, kata Syekh Musthafa al-Adawi dalam bukunya yang berjudul Fiqh al-Akhlak wa al-Mu'amalat Ma'a al-Mu'minin, adalah saudara yang diikatkan dalam tali iman. Karena itu, mestinya sebagai saudara tak saling menyakiti. Islam melarang sesama Muslim tak bertegur sapa lebih dari tiga hari, mengumbar aibnya, serta tidak saling serobot rezeki atau tak terkecuali, berebut jodoh.
Ketahuilah, ungkap Syekh al-Adawi, ada beberapa hal yang bila dilakukan secara kontinu dan konsisten akan merekatkan hati dan mendatangkan kasih sayang sesama. Apa sajakah perkara tersebut?
Di antara perkara itu, yang pertama, berbuatlah amal saleh. Perbuatan dan sikap yang saleh akan menarik kecintaan Allah SWT terhadap Anda. Buah kecintaan itu, manusia bahkan makhluk yang ada di bumi akan menyayangi Anda.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (QS Maryam [19]: 96). Penjabaran datangnya kasih sayang akibat perbuatan dan perilaku saleh itu seperti tergambar pada Hadis Riwayat Bukhari dari Abu Hurairah.
Rasulullah SAW menjelaskan, jika Allah telah mencintai seorang hamba, Dia akan memberitahukan Jibril bahwa Allah mencintainya, lalu Jibril pun menghadiahkan cinta serupa. Tak terhenti di situ, malaikat penyampai wahyu itu pun berseru ke para penghuni langit perihal kecintaan tersebut, lantas mereka berbuat hal yang sama, cinta terhadap hamba itu. Kecintaan itu akan membuat yang bersangkutan menjadi pribadi yang dicintai di bumi.
Kedua, tebarkanlah salam kepada sesama, baik kepada mereka yang Anda kenal maupun belum. Rasul mengucapkan salam kepada anak-anak dan sekelompok perempuan. Rasul juga tak segan salam ke sekumpulan orang sekalipun di sana terdiri atas beragam unsur, bukan cuma Muslim, melainkan ada pula non-Muslim.
Salam adalah satu dari sekian nama Allah yang ‘diletakkan’ di bumi. Pantas bila menebarkan salam, seperti disebutkan Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim dari al-Barra' bin 'Azib, termasuk tujuh perkara yang diperintahkan Rasulullah.
Sering juga, Rasul meneladankan agar saling berkirim salam. Titip salam untuk mereka yang terhalang bertatap muka. Nabi pernah menyampaikan salam Malaikat Jibril untuk Aisyah RA. Istri berjuluk humaira itu pun menjawab salam tersebut.
Sebab itu pula, menjawab salam adalah hak yang mesti ditunaikan. Sebaik-baik manusia ialah mereka yang memulai mengucapkan salam. Ingin muncul rasa kasih sayang sesama Anda? “Tebarkanlah salam,” sabda Rasul di Riwayat Muslim dari Abu Hurairah.
Ketiga, saling berbagi hadiah, apa pun dan berapa pun nominalnya. Nilai rupiah sebuah pemberian tak begitu penting. Memberi hadiah adalah bentuk ketulusan, kepedulian, dan kasih sayang seseorang. Faedahnya pun cukup besar. Memberikan dampak yang dahsyat bagi kualitas hubungan antarsesama. Apa dan berapa pun hadiah yang diberikan, terimalah dengan sukacita. “Berbagilah hadiah maka kalian akan saling mencintai,” sabda Rasul seperti Riwayat Bukhari.
Keempat, ringan untuk memaafkan kesalahan orang lain. Ini termasuk faktor pemicu kasih sayang yang paling kuat. Kebencian dibalas kebaikan. Kejahatan direspons dengan kasih sayang. Membalas cacian, celaan, sumpah serapah dengan kata-kata santun. Sulit memang, hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki derajat kesabaran tinggi dan berjiwa besar.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan, tetapi kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan, melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (QS Fushshilat [41]: 34-35).
Kelima, hindari untuk meminta-minta atau ‘menjilat’. Sikap zuhud, mandiri, dan berdikari, mengangkat derajat seseorang, mendatangkan kehormatan, dan memicu apresiasi. Ketahuilah, tutur Rasul dalam Hadis Riwayat Muslim, ada tiga calon penghuni surga, yaitu penguasa adil nan dermawan dan dipercaya, orang penuh kasih sayang dan lembut hati, dan mereka yang mandiri dan tidak meminta-minta.