REPUBLIKA.CO.ID, MANGGARAI -- Fasilitas yang serba terbatas, tak menyurutkan semangat Saharuddin untuk mendidik generasi muda di Kampung Baru, Pulau Longos, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Bersama dua guru lainnya, Saharuddun mendidik 33 putra dan putri di kampung tersebut lewat sebuah pesantren yang berdiri sejak 2014. "Alhamdulillah dukungan tokoh masyarakat pada pesantren di Pulau Longos ini sangat baik. Hal ini membuat kami makin semangat dalam memberikan pendidikan terbaik bagi remaja di pulau ini," ungkap Saharuddin dalam siaran pers RZ yang diterima Republika, Kamis (6/7).
Salah satu kendala yang dirasakan dalam pesantren tersebut adalah minimnya transportasi laut. Untuk memenuhi kebutuhan pesantren, seperti perlengkapan sekolah, hingga makanan, Saharuddin harus berangkat ke Labuan Bajo dengan menggunakan kapal yang berjarak tempuh hingga empat jam. Kapal pun baru ada setiap empat hari sekali. "Sebagai salah satu pulau yang terpencil, memang agak sulit untuk mengakses beragam keperluan operasional pesantren. Makanya kami harus ke Labuan Bajo Flores," ungkap Saharuddin.
Melihat hal tersebut, Rumah Wakaf menggalang donasi untuk menyediakan Perahu Motor bagi keperluan pesantren di Pulau Longos. "Alhamdulillah donasi sudah terkumpul di bulan Ramadhan 1438 H lalu, dan saat ini tim kami tengah memproduksi perahu motor untuk segera dikirimkan ke Pulau Longos," tutur Direktur Rumah Wakaf, Soleh Hidayat. Tak hanya perahu motor, Rumah Wakaf pun menyalurkan program Wakaf Alquran untuk Pesantren di Pulau Longos.