REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Novelis terkemuka Habiburrahman El Shirazy mengaku sangat kagum kepada Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Tuan Guru Haji (TGH) Muhammad Zainul Majdi atau akrab dipanggil Tuan Guru Bajang (TGB). Hal itu dikemukakan Kang Abik – panggilan akrab Habiburrahman El Shirazy – saat tampil berduet dengan Tuan Guru Bajang pada acara Meet & Greet Bersama Habiburrahman El Shirazy di Islamic Center NTB, Mataram, Ahad (11/6).
“Selalu ada yang bisa kita ambil setiap kali bertemu dengan Tuan Guru Bajang,” kata novelis jebolan Al Azhar University Kairo, Mesir itu.
Penulis novel-novel mega best seller, seperti Ayat-Ayat Cinta 1 dan 2, Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2, Dalam Mihrab Cinta, Bumi Cinta dan Api Tauhid itu sangat menaruh apresiasi kepada Tuan Guru Bajang atas keberhasilan putra asli NTB itu menyelesaikan kuliah S3 bidang ilmu tafsir di Al Azhar University Kairo.
“Ketika itu Tuan Guru Bajang adalah seorang pejabat publik, tepatnya gubernur NTB priode pertama, yang tentunya sangat sibuk. Namun berkat kegigihannya, beliau berhasil menyelesaikan kuliah S3 dan berhasil menjadi doktor ilmu tafsir pada tahun 2011,” tutur Kang Abik.
Tuan Guru Bajang mengakui dia mengerjakan disertasi tersebut dari tahun 2009 hingga ujian pada Februari 2011. “Selama dua tahun lebih, saya mengerjakan disertai itu setiap malam, dari jam satu dini hari sampai jelang Shubuh. Tak heran, kalau saya rapat di kantor Pemda pada pagi harinya, mata saya bengkak dan memerah karena kurang tidur,” tutur Tuan Guru Bajang.
Ia menambahkan, saat itu teknologi komunikasi belum semudah dan semaju saat ini. Belum ada sosmed, misalnya. “Yang saya lakukan adalah berkomunikasi intens dengan para pembimbing saya di Mesir maupun rekan-rekan atau sahabat-sahabat saya yang tersebar di berbagai negara di Timur Tengah. Komunikasi tersebut melalui SMS maupun telepon langsung,” papar Tuan Guru Bajang yang saat ini menjalani priode kedua sebagai gubernur NTB.
Ditanya, apa yang mendorongnya mau bekerja keras menyelesaikan disertasi, Tuan Guru Bajang mengatakan, “Saya tidak mau anak saya punya kesan bahwa ayahnya tidak mampu menyelesaikan disertasi karena jadi gubernur atau pejabat. Karena itu, saya bertekad membuktikan kepada anak saya, bahwa saya mampu menyelesaikan disertasi, meskipun saya sibuk sebagai pejabat publik.”
Diakui oleh Tuan Guru Bajang, hal itu tidak mudah. “Beratnya luar biasa. Namun Alhamdulillah, dengan pertolongan Allah," kata dia.