Rabu 21 Jun 2017 23:37 WIB

Aktivitas Keislaman di Swaziland Dipandang Negatif

Muslim Swaziland
Foto: swaziland-islam.org
Muslim Swaziland

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Pertumbuhan jumlah Muslim dan meningkatnya aktivitas keislaman di Swaziland ternyata mengundang pandangan negatif dari agama lain. Moshe Terdiman dalam artikelnya, “Islam in Swaziland”, mengutip artikel dari Time of Swaziland pada 13 Juli 2005, menukilkan penyataan seorang pastor yang mengatakan invasi Islam merupakan awal terbukanya kekerasan dan terorisme di negeri itu.

Pernyataan itu sempat menyulut pertikaian di media massa. Raja Swaziland, Mswati III, mengakhiri kisruh ini dengan mengatakan tak akan mengistimewakan Kristen atas agama lainnya.

Surat kabar Swazi News pada 16 Juni 2007 memuat gambar Emazimu (aksi kanibalisme) di halaman utamanya. Gambar ini sebenarnya gambar dari suku pedalaman Amazon. Pemberitaan yang menyebut munculnya kembali kanibalisme memicu kepanikan warga Swaziland.

Sepekan kemudian, meski bernada menenangkan masyarakat, surat kabar itu merujuk sebutan kelompok kanibal kepada 15 pria Muslim berjenggot asal Pakistan yang sedang berkunjung ke Swaziland.

Opini negatif tak terhenti di isu tersebut. Komunitas Muslim juga disebutkan dengan isu makanan halal. Pada Juni 2010, misalnya, ketika warga Muslim tengah bersukacita dengan hadirnya restoran ayam goreng cepat saji yang bersertifikat halal.

Tetapi, justru surat kabar Times of Swaziland mempertanyakan hal itu. Tak elak, pemberitaan itu juga memicu cibiran dari sebagian non-Muslim. Mereka mengatakan tidak penting mengetahui ayam di restoran itu halal atau tidak karena konsumennya dari semua golongan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement