Rabu 21 Jun 2017 21:03 WIB

Menuju Kesalehan Personal dan Sosial

Ramadhan
Ramadhan

Oleh: Dadang Kahmad

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puasa Ramadhan sebulan penuh bertujuan agar pela kunya bisa berempati terhadap penderitaan orang lain. Merasakan lapar dan dahaga orang yang tidak pernah berbuka karena ketiadaan makanan di sisi mereka.

Orang yang berpuasa juga diharapkan mampu mengendalikan emosinya sehingga tercipta kesalehan sosial. Kadang kala hubungan sosial rusak karena tidak terbendungnya emosi yang meledak dan diekspre sikan secara liar. Akibatnya, hal itu menimbulkan kerugian, baik mental maupun sosial.

Kalau saja puasa ini dijadikan pelatihan karakter yang baik, sepertinya kita telah mendapatkan kualitas puasa autentik. Yakni, puasa yang dilaksanakan dengan memberikan pengorbanan diri untuk kepentingan orang banyak agar tergapai kebahagiaan yang kolektif, kolegial, dan sosial.

Puasa autentik adalah puasa yang dibangun berdasarkan kesadaran sosial, perbuatan baik, dan kepedulian pada sesama yang dapat mengantar kan kita pada derajat kemuliaan pribadi (akhlak) dan ketakwaan yang bersifat personal sekaligus sosial. Rasulullah SAW telah mengingatkan kita untuk menjauhi perbuatan yang dapat merusak relasi sosial pada bulan Ramadhan karena merupakan perbuatan sia-sia, keji, dan kotor. "Bukanlah puasa itu se ba tas menahan diri dari makanan dan mi numan, tetapi puasa adalah men jau hi perkara yang sia-sia dan katakata kotor." (HR Ibnu Khuzaimah).

Berdasarkan hadis itu, puasa yang dilakukan hendaknya mampu menahan diri dari perbuatan dan perkataan yang dapat memicu permusuhan, pertengkaran, dan perkelahian. Sebab, puasa tak hanya sebatas menahan diri dari lapar dan haus, tetapi juga kemampuan menciptakan kedamaian dalam diri. Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita tentang kesia-siaan dalam berpuasa. "Betapa banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar." (HR Ahmad, Ibnu Majah, ad-Darimi).

Ibadah puasa yang kita laksanakan sebulan penuh bukan hanya mengurusi kesalehan personal. Lebih jauh dari itu, ibadah puasa sejatinya dapat mewujudkan kesalehan sosial. Menahan amarah merupakan salah satu wujud kesalehan autentik yang bersifat personal dan sosial. Rasulullah SAW bersabda, "Semua amalan bani Adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan memba lasnya, dan puasa adalah perisai. Jika salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya ber kelahi, maka hendaklah ia menga takan 'sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR Bukhari dan Muslim).

Hadis di atas mengindikasikan bahwa membalas kekerasan dengan kekerasan tidak dianjurkan dalam Islam. Karena itu, dengan membia sakan diri menahan amarah pada bulan Ramadhan dengan mengatakan "aku sedang berpuasa", hal ini akan berdampak pada terciptanya laku damai di bulan-bulan berikutnya. Wallahu a'lam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement