Kamis 08 Jun 2017 10:17 WIB

Karyawan Muslim SMA Kentlake Terima Memo Kebencian

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Agus Yulianto
Muslim di Amerika Serikat berdiskusi di Washington National Cathedral (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Muslim di Amerika Serikat berdiskusi di Washington National Cathedral (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang karyawan Muslim di SMA Kentlake, Washington, Amerika Serikat menerima selembar memo atau catatan berisi kebencian di kotak suratnya. Ini terjadi ketika sekolah mengumumkan sejumlah kebijakan khusus bagi murid dan staf Muslim yang menjalankan puasa di bulan Ramadhan.

Kepala Sekolah SMA Kentlake, Joe Potts mengatakan, telah menugaskan seorang staf Muslim untuk membagikan memo berisi kebijakan khusus tersebut. Memo tersebut menjelaskan, guru diminta mengakomodasi siswa-siswinya yang Muslim jika ingin melaksanakan shalat dan mengikuti kegiatan terpisah di jam makan siang.

Potts mengatakan, ia juga mengirimkan memo untuk staf Muslim sebagai penghargaan atas usahanya memberikan pengayaan budaya kepada masyarakat. Siapapun bisa menghubungi staf bersangkutan jika ada yang ingin bertanya seputar Ramadhan.

"Setelah memo itu dibagikan, sebuah memo baru ditemukan di kotak surat seorang staf Muslim. Tulisannya, F*** You + Ramadan + All Muslims," kata Potts dilansir dari Kiro7.com, Kamis (8/6).

Pihak sekolah langsung menghubungi Kantor Sheriff King County. Polisi kemudian melakukan penyelidikan, namun memutuskan memo tersebut bukan sebuah tindak kejahatan. Ini karena sekolah tidak memiliki kamera pengawas yang memantau kotak surat staf, sehingga pelakunya tak bisa ditemukan.

Direktur Eksekutif Kentlake School, Chris Loftis dalam pernyataannya mengatakan, sekolah tidak menolerir siapapun yang melakukan tindakan fanatisme, ujaran kebencian, pelecehan, atau intimidasi. Meski kasus ini jarang terjadi di sekolah, namun pihaknya serius menanggapi laporan tersebut dan menyelidikinya secara menyeluruh.

"Kami adalah salah satu sekolah paling beragam di negara bagian dan menerima semua siswa, staf, dan masyarakat yang berbeda agama. Kami mengutuk siapapun yang berusaha menyakiti hati orang-orang kami," kata Loftis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement