REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dari Abdullah bin Amr bin al-‘Ash, ia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bertanya padanya, “Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan selalu terjaga di malam hari?” Aku pun menjawab, “Benar ya Rasulullah.” Rasulullah lalu bersabda, “Jangan kau lakukan semua itu. Berpuasa dan berbukalah, terjaga dan tidurlah, sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai hak atas dirimu.” (HR Bukhari).
Larangan Rasulullah sangat beralasan. Berlebih-lebihan dalam beribadah hingga mengesampingkan kondisi fisik akan berdam pak pada kesehatan dan selanjutnya akan memengaruhi kualitas hidup dan ibadah seseorang. Islam memerintahkan umatnya untuk menjaga kesehatan. Bahkan, Allah akan meminta pertanggungjawaban atas pemanfaatan nikmat tersebut.
Sebuah hadis riwayat Tirmidzi mengatakan, “Pertanyaan pertama yang diajukan kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak me ngenai kenikmatan dunia adalah, ‘Bu kankah Aku telah memberimu badan yang sehat’?” (HR Tirmidzi).
Namun, menurut Rasulullah SAW (dalam HR Bukhari), kesehat an adalah satu dari dua kenik matan yang mampu memperdaya manusia. Satu kenikmatan lainnya adalah waktu luang. Karena itu, beliau tak sedikit memberikan contoh dan wejangan agar umatnya memperhatikan kesehatan, salah satunya dengan berolahraga.
Di antara ragam permainan yang ada, Rasulullah SAW menganjurkan renang dan memanah. Dari Ibnu ‘Umar, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Ajari anak laki-laki berenang dan memanah, dan ajari menggunakan alat pemintal untuk wanita.” (HR Al-Baihaqi dalam Syu’b al-Iman lil Baihaqi).
Dalam hadis lainnya dijelaskan, permainan adalah sesuatu yang tidak termasuk zikir. Namun, Rasulullah mengecualikan permainan berkuda, lari, dan berenang. Dari ‘Atho’ bin Abi Rabbah, beliau berkata, “Saya melihat Jabir bin ‘Abdurrahman dan Jabir bin ‘Amir al-Anshari sedang bermain panah. Maka salah satu di antara mereka merasa bosan kemudian duduk, kemudian temannya bertanya, ‘Apa kah kamu merasa malas?’ Ia (temannya) menjawab, ‘Ya.’ Lalu, salah satu di antara mereka berkata kepada temannya, ‘Aku pernah men dengar Rasullullah SAW ber sabda, ‘Setiap sesuatu yang bukan termasuk zikir kepada Allah adalah lahw dan la’b kecuali empat hal, yaitu bermainnya sang suami dengan istrinya, pengajaran sese orang terhadap kudanya, larinya seseorang di antara dua garis (start dan finis), dan seseorang yang mempelajari renang.” (HR Abu Nu’aim al- Ashbahani).
Istri Rasulullah, Aisyah ra, pu nya cerita tersendiri mengenai permainan lari. Suatu hari, ia sedang bersama Rasulullah dalam suatu perjalanan saat sang Rasul berkata kepada para sahabatnya, “Silakan kalian berjalan duluan.” Lalu, setelah para sahabat cukup jauh me ninggalkan keduanya, Rasulullah ber kata, “Mari kita berlomba.” Aisyah menyambut ajakan itu dan berhasil mendahului Rasulullah dalam berlari.
Lama setelah itu, ketika tubuh Aisyah semakin gemuk, Rasulullah kembali mengajak Aisyah berlomba setelah meminta sahabat-sahabatnya berjalan lebih dulu. Aisyah ber kata, “Bagaimana aku dapat men dahului engkau, wahai Rasulullah, sedangkan keadaanku seperti ini (gemuk)? Beliau berkata, ‘Marilah kita mulai.’ Aku pun melayani ajakan itu dan ternyata beliau mendahului aku. Beliau tertawa seraya berkata, ‘Ini untuk menebus keka lahanku dalam lomba yang dulu’.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).
Begitulah, olahraga tak hanya dianjurkan, tetapi juga dicontohkan oleh teladan umat Islam, Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadis lainnya (riwayat Muslim), beliau menegaskan pentingnya menjadi pribadi yang kuat. “Seorang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada seorang Mukmin yang le mah dalam segala kebaikan.”