Rabu 31 May 2017 19:54 WIB

Panglima TNI: Jangan Jadikan Negeri Ini Ajang Konflik Agama

Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam Workshop Pengawasan Inpektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2017 dengan tema
Foto: Istimewa
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam Workshop Pengawasan Inpektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2017 dengan tema

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, menyatakan, untuk menghadapi kompetisi global, bangsa Indonesia harus menjadi pemenang. Untuk menjadi pemenang, ada tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia yakni inovasi.

"Perubahan juga terjadi dalam konteks bisnis, saya ilustrasikan, perusahaan taxi online, tapi perusahaan tersebut tidak memiliki armada taxi atau sepeda motor, juga bisnis berbasis online lainnya, kekuatan ekonomi bukan pada besarnya negara tapi siapa cepat negara tersebut memiliki inovasi," ujar Gatot dalam Workshop Pengawasan Inpektorat Jenderal Kementerian Agama Tahun 2017 dengan tema "Pengawasan Melalui Peneguhan Pancasila bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)", dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu (31/5).

Panglima TNI mengatakan bahwa, energi yang dipakai saat ini akan habis, produksi minyak menurun, dan teori selanjutnya gaya hidup akan berubah juga. Saat ini konflik negara di seluruh dunia saat ini sejatinya dilatarbelakangi oleh perebutan energi.

Ia memberi contoh Arab Spring. Ke depan, sudah pasti konflik akan bergeser ke daerah ekuator, yang tadinya berlatar belakang energi, berubah karena alasan pangan. "Inilah kompetisi global, orang yang tinggal di luar negara-negara ekuator akan terjadi krisis pangan, energi, dan air, dan di negeri ekuator termasuk Indonesia memiliki segalanya," katanya.

Negara yang kalah dalam kompetisi, kata dia, maka negara tersebut akan menjadi negara krisis, karena semata jadi negara pasar yang juga berimbas pada krisis sosial. Selanjutnya, Panglima melanjutkan, kompetisi yang tadinya antar negara menjadi antar manusia, dia mencontohkan konflik yang disebabkan karena masalah tanah.

"Migrasi tidak lagi bukan karena semata pengungsi, tapi ingin mencari pencaharian yang lebih baik. Maka bila kita lengah menjaga bangsa ini, maka akan dampak migrasi tersebut," tuturnya.

Panglima juga mengingatkan, sebagai pembina umat (ASN Kemenag) Pancasila juga tidak luput juga akan digoyang. Ditandaskannya, bila Pancasila hilang, tidak ada keadilan, padahal dalam Pancasila hak dijunjung tinggi.

Dihadapan peserta yang merupakan pimpinan Kemenag dari seluruh Indonesia, Panglima menyampaikan perspektif ancaman terhadap NKRI. Ancaman pertama adalah migrasi, dan selanjutnya ancaman narkoba. Menurutnya, ada hampir 5 juta atau 2 persen penduduk kita terkena narkoba.

"Kita ini sudah berada dalam darurat narkoba," ujar Panglima. Ancaman lainnya adalah terorisme dan radikalisme, juga penjajahan media sosial.

Atas fenomena penjajahan media sosial ini, Panglima mengaku prihatin, ia menilai yang dijajah tidak merasa dijajah, bahkan rela mengeluarkan uang untuk penjajah, dan penjajahan tersebut sampai ke rumah, bahkan menokohkan penjajah sebagai pahlawan.

"Ini mengancam persatuan kesatuan bangsa," kata Panglima.

Dikatakannya, dalam Pancasila, cara beragama di Indonesia sudah ditetapkan dalam Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, cara berinteaksi di Indonesia dengan memperlakukan manusia Indonesia dengan adil dan beradab.

"Sebagai Muslim, kita harus yakin bahwa agama saya adalah paling benar. Untuk yang lain, lakum diinukum waliyadin (untukmu agamamu, untukku agamaku), semua agama mengajarkan perdamaian dan kebaikan. Jangan jadikan negeri ini ajang konflik agama," kata dia.

Diakhir paparannya, Panglima mengatakan bahwa, TNI tidak sangggup melawan musuh dan mempertahankan keutuhan NKRI tanpa dukungan tokoh agama.

Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin mengatakan di tengah tantangan kompleks, ekspektasi publik semakin besar kepada Kemenag karena mengemban amanah mengelola hal ihwal agama.

Dia ingin membangun optimisme di semua kalangan bahwa mayoritas bangsa Indonesia masih mempunyai komitmen terhadap Pancasila, NKRI, Bineka Tunggal Ika, dan UUD 1945. Ketahanan bangsa Indonesia saat ini tak terlepas dari warisan yang dirumuskan para pendiri bangsa tersebut. Warisan-warisan tersebut dicetuskan dari  budaya dan identitas lokal Indonesia sebagai bangsa religius dan agamis. Dengan demikian hasil rumusannya kental dan berpijak pada nilai-nilai agama yang luhur. Betapapun Pancasila adalah pengejewantahan dan wujud manifestasi dari nilai agama itu.

"Inilah yang menjadi kewajiban kita wariskan warisan ini ke generasi penerus. Indonesia yang religius damai dan rukun harus jadi perhatian kita," kata dia.

Selanjutnya, disaksikan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Panglima TNI menuliskan ungkapan (quote) di atas kanvas komitmen meneguhkan Pancasila. Di samping itu pula sebagai pamungkas kegiatan ini, para peserta yang terdiri pejabat eselon I dan II Kemenag Pusat, Kanwil se-Indonesia, Kemenag Kab/ Kota se-Pulau Jawa, Lampung, dan Bali, perwakilan Kemenag Kab/ Kota di luar Jawa, Lampung, dan Bali, rektor dan ketua perguruan tinggi agama negeri se-Indonesia, seluruh auditor Kemenag, dan pejabat Itjen Kemenag, membaca deklarasi kesetiaan terhadap NKRI dan merawat bersama Pancasila dan kebinekaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement