REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riyadhah atau olahraga dalam Islam sebenarnya tak hanya digunakan untuk istilah olah tubuh untuk kebugaran, tapi juga untuk olah jiwa. Imam Ibnu Qayyim al-Jawziyyah (1292-1350 M) dalam bukunya Zad al-Ma'ad menekankan pentingnya berolahraga dan efeknya pada tubuh. Bagaimana olahraga memperkuat dan membentuk imunitas tubuh terhadap penyakit.
Ia menyetarakan penguatan memori melalui membaca dan berpikir dengan seni berolahraga yang melatih pendengaran, komunikasi, observasi, dan gerak. Begitu pula dampaknya bagi pengelolaan emosi, seperti senang, sedih, sabar, waspada, kemampuan memaafkan, dan keberanian. Ajaran Islam juga secara tak langsung mensyaratkan kesehatan fisik guna menopang terlaksananya ibadah yang baik, seperti shalat dan haji.
Salim al-Hassani dalam artikelnya “A 1,000 Years Amnesia: Sports in Muslim Heritage” mengungkapkan, selain sains dan teknologi, banyak yang mengagungkan Eropa sebagai kiblat olahraga. Padahal, tiap kebudayaan memiliki olahraga khas, termasuk Islam.
Olahraga, seperti kriket dan polo, sering diidentikkan dengan Inggris. Padahal, kriket adalah olahraga asli India Utara yang sudah ada sejak 700 M. Polo juga merupakan permainan tradisional bangsa Persia dan Afghanistan.
Banyak yang lupa, tak hanya sains, seni, dan teknologi, tapi juga olahraga ikut bersinar saat Islam berjaya pada 600 M hingga 1600 M. Bahkan, Islam menghapuskan olahraga destruktif seperti gladiator saat merambah Eropa.
Dalam sirah Nabi SAW, kisah perlombaan lari antara Rasulullah SAW dan Aisyah pun menjadi contoh populer bagaimana Rasulullah mencontohkan olahraga. Rasulullah juga menganjurkan orang tua untuk mengajarkan anaknya berenang, menunggang kuda, dan memanah.
Malcolm Wright dalam tulisannya “Who Wrote the First ‘Useful’ Archery Manual?” menduga olahraga memanah bisa jadi merupakan olahraga tertua yang menggunakan alat yang sudah ada sejak zaman batu (20 ribu sebelum Masehi). Variasi bentuk dan material busur serta panah kemudian berkembang dari zaman ke zaman meski bentuk busur tak banyak mengalami perubahan selama ribuan tahun.
Rasulullah memandang kekuatan fisik menjadi salah satu bagian penting seperti pernah disabdakan, yakni Muslim yang kuat lebih baik dari Muslim yang lemah. Rasulullah sendiri merupakan pemanah dan memiliki tiga busur. Memanah pada zaman Rasulullah menjadi kemahiran yang lazim dimiliki seorang Muslim. Sahabat Sa'ad bin Abi Waqas dikenal sebagai pemanah andal.
Pada zaman Rasulullah juga dikenal olahraga gulat di kalangan pemuda. Umar bin Khattab dan Khalid bin Walid menjadi dua tokoh yang penah disebut beradu gulat.
Ali bin Abi Thalib terkenal karena ketangkasannya menggunakan pedang di medan tempur dengan pedanganya yang terkenal, Dzul Fiqar. Sampai Rasulullah memujinya, tidak ada pedang yang setera dengan Dzul Fiqar dan tidak ada pemuda yang setangkas Ali bin Abi Thalib dalam menggunakan pedang.