Kamis 01 Jun 2017 07:31 WIB

Olahraga dan Ritual Agama

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agung Sasongko
Olahraga (ilustrasi).
Foto: Dok Republika
Olahraga (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Olahraga berakar kuat dalam sejarah peradaban manusia, tetapi sebagian besar sangat berkorelasi dengan ritual agama. Colette Hemingway dan Seán Hemingway dalam “Athletics in Ancient Greece” di laman resmi The Metropolitan Museum of Art menguraikan pada abad ke-6 sebelum Masehi, tiap kota di Yunani Kuno memuja para dewa melalui berbagai perlombaan. Seperti, perlombaan permainan di Isthmia untuk menghormati Poseidon.

Kompetisi olahraga yang cukup tua dan bertahan hingga saat ini adalah Olimpiade. Perhelatan olahraga ini pertama kali digelar pada 776 SM di Olympia sebagai pemujaan terhadap Zeus. Dalam perhelatan ini, semua peserta tak berbusana dan dilumuri minyak zaitun untuk melindungi dari debu.

Di laman resmi KU Leuven Faculty of Arts, Department of Ancient History, artikel “Ancient Olympics” yang ditulis Sofie Remijsen dan Willy Clarysse mengungkapkan, setelah Romawi berhasil menaklukkan Yunani pada 146 SM, pengaruh kebudayaan Yunani tidak bisa dielakkan, termasuk adaptasi olahraga. Romawi sendiri sudah memiliki gelaran olahraga lokal, seperti lomba kereta kuda, gladiator, dan tinju. Tapi, semua olahraga dianggap olahraga budak.

Pada era raja Romawi, Theodosius, pada 393 M, Olimpiade sempat dilarang karena merupakan olahraga pagan. Tak seperti di Timur, olahraga Yunani tidak pernah jadi bagian penting dalam pendidikan di Barat.

Mohammed Khamouch dalam tulisannya “1001 Years of Missing Martial Arts” menulis, salah satu referensi olahraga bela diri fisik pertama ditemukan dari plakat Babilonia yang berusia lebih dari 5.000 tahun yang memuat gambar dua orang bertarung tanpa senjata dalam pose serang dan bertahan.

Objek lainnya adalah ukiran kayu dari masa Dinasti Qing (221-207 sebelum Masehi) dalam  proyek penggalian kompleks pemakanam di wilayah Jiangling, Provinsi Hubei, pada 1975 M. Objek itu menunjukkan dua orang yang bertarung di hadapan seorang wasit.

Bela diri gulat Cina, shuai chiao atau shuai jiao, sendiri diketahui sudah mulai berkembang sejak 2700 sebelum Masehi pada masa Imperium Sungai Kuning Huang Ti. Gaya gulat ini berbeda dengan gulat Barat ataupun judo. Bela diri menggunakan gerakan tangan dan kuda-kuda kaki diketahui muncul pada 700 sebelum Masehi. Teknik ini kemudian menjadi cikal bakal kung fu.

Bela diri tangan kosong menjadi bagian latihan militer Cina sebelum ditemukannya senjata dari tanduk hewan pada masa Dinasti Shang (1523-1027 sebelum Masehi). Memasuki zaman logam pada Dinasti Chow (1027-256 sebelum Masehi), barulah dikenal olahraga memanah dan berkuda.

Olahraga bela diri di Timur Jauh (Asia Timur) memiliki nilai mistik dan spiritual mendalam sesuai kepercayaan Konfusianisme, Buddha, Taoisme, dan Islam. Umat Islam sendiri kabarnya pernah didorong untuk mempelajari bela diri militer Cina, wu shu, setelah terinspirasi sabda Rasulullah untuk mencari ilmu  hingga ke Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement