REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Keimanan dan kekayaan tak pernah bertentangan dalam Islam. Sudah seharusnya mereka yang beriman hidup maju dan sejahtera.
Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan menjelaskan, 10 sahabat yang dijamin masuk surga, sembilan di antaranya orang kaya raya. Bahkan, Abdur Rahman bin Auf pernah berdoa minta rugi karena usahanya tidak pernah merugi.
Manusia sebagiannya dari unsur materi dan ruh. Tahapan pembangunan yang Rasul lakukan di Madinah pertama adalah membangun masjid. Sebulan setelah itu, membangun pasar. ''Masjid tanda pembangunan ruh dan pasar tanda pembangunan fisik dan jaminan sosial,'' kata Aher dalam Tasyakur Peluncuran Departemen Ilmu Ekonomi Syariah FEM IPB di IPB Convetion Center, Selasa (16/5).
Sahabat Rasul yang tinggal di wisma masjid (ahlu suffah) adalah para sahabat utama Rasulullah dan tokoh besar. Ahlu suffah ini hidup di masjid karena miskin dan mendapat jaminan sosial negara.
Mereka mendapat ajaran kehidupan langsung dari Rasulullah sehingga pola pikirnya maju. Bilal jadi Gubernur Syam, sementara Anas bin Malik sukses jadi pebisnis kaya. Usia mereka juga panjang, 120 tahun, dan 120 putra putri yang 90 di antaranya hafidz.
Pemahaman ekonomi ilahiah itu mengubah mereka. ''Anas bin Malik ditanya, sejak kapan kamu mimpi sukses seperti ini? Anas jawab sejak bersyahadat. Maka harusnya orang beriman itu maju,'' kata Aher.
Maka kalau ada kata syariah Islam, Aher minta jangan dipersempit. Sebab syariat sangat luas. Menghadirkan orang kaya itu syariat Islam.