REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permasalahan kecil terhadap isu NKRI dan Pancasila di internal umat Islam, jangan jadi alat menggeneralisasi umat Islam keseluruhan. Sebab, mayoritas umat Islam membela Pancasila dan NKRI.
Terkait aksi-aksi yang belakangan terjadi dan mengesankan umat Islam kurang Pancasilais, Kepala Biro Humas Data dan Informasi Kementerian Agama Mastuki HS mengatakan, hal ini mungkin sebagai implikasi kasus penistaan agama dan pembubaran organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Namun demikian, kata dia, harus dilihat pula ada kelompok-kelompok dalam internal umat Islam.
"Jadi juga konsekuensi mayoritas pula begitu ada satu dua pihak yang bermasalah, itu dianggap mewakili keseluruhan. Maka, semua ini harus didudukkan secara proporsional," katanya.
Pembubaran HTI sudah lama dibicarakan. Kalaupun HTI dinilai tidak sebagaimana mestinya, itu tidak mencerminkan umat Islam keseluruhan. "Karena mayoritas Muslim pendukung Pancasila yang tercermin dari ormas Islam mayoritas, parpol islam, dan pesantren-pesantren. Selama ini, mereka tidak bermasalah," kata Mastuki, Senin (15/4).
Persoalannya memang isu-isu semacam itu jadi dilebarkan seolah umat Islam tidak Pancasilais. Pun jangan sampai satu dua ulama diproses hukum lalu dianggap kriminalisaei ulama. Padahal, banyak ulama yang baik-baik saja. "Satu dua kasus itu jangan jadi generalisasi," kata Mastuki.
Dikatakan Mastuki, tinggal di negara hukum, maka warga Indonesia harus patuh pada hukum. Kata dia, bila mekanisme hukum sudah berjalan, maka itu pun harus dihormati.
Menurutnya, sejak awal kemerdekaan hampir semua kelompok Muslim terlibat. Kata dia, mempertahankan Indonesia sama dengan mempertahankan Pancasila. Setelah ormas-ormas Islam mengakui Pancasila sebagai asas organisasi, maka ini tidak hanya tulisan, tapi juga mewujud dalam sikap.
Ormas-ormas Islam seperti Muhammadiyah, NU, dan Persis, ucap dia, konsisten menjaga nilai Pancasila sebagai kesepakatan yang dirumuskan bersama untuk semua baik inter maupun antar agama di Indonesia. "Itu ijtihad terbesar bangsa ini," kata Mastuki.
Menurut dia, kalau Pacasila adalah yang terbaik dan ada anasir yang coba mengubah, maka pasti akan berhadapan dengan kelompok baik internal Islam maupun eksternal Islam. "Itu juga bukan hanya untuk Muslim. Kalau ada kelompok lain yang akan menggantikan Pancasila dan NKRI pasti akan berhadapan dengan semua elemen bangsa ini," ucapnya.
Dikatakan Mastuki, Islam Indonesia tetap pada sebagai Islam moderat. Satu-dua persoalan yang ada, kata dia, jangan sampai membuat masyarakat dipalingkan pada pandangan pemberitaan Barat yang mengangkat masalah kecil dalam umat Islam di Indonesia seolah jadi wajah Islam keseluruhan.
"Jangan sampai tidak adil, mayoritas umat Islam menjaga Pancasila dan NKRI. Masalah yang ada dalam umat Islam perlu dilihat sebagai dinamika saja," tandas Mastuki.