REPUBLIKA.CO.ID, Oleh : Dudung Abdul Rohman *)
Ada pertanyaan sederhana, apa yang membuat hidup kita lebih bermakna? Mungkin jawabannya bisa berbeda-beda. Tetapi secara umum dapat diterka, bahwa yang membuat hidup seseorang lebih bermakna adalah dua hal, yaitu agama dan keluarga. Mengapa mesti agama dan keluarga? Karena agama yang memberikan makna dalam kehidupan manusia untuk mencapai terminal kebahagiaan di dunia maupun di akhirat. Sedangkan keluarga merupakan cikal bakal kehidupan manusia sebelum mengarungi kehidupan yang lebih luas lagi di dunia. Sehingga, nilai-nila yang ditanamkan dalam keluarga akan memberikan makna yang sangat berharga bagi perjalanan kehidupan selanjutnya.
Dalam kehidupan nyata, kita dapatkan orang yang bergelimang dengan harta, tetapi hidupnya merasa tidak bermakna karena jauh dari agama. Pada saat yang sama ada orang yang hidup sederhana, tetapi merasa bahagia karena mengamalkan ajaran agama. Begitu pula banyak orang yang merasa hampa dan tidak berguna karena kehidupan keluarganya tidak harmonis. Tetapi banyak juga orang yang merasa bahagia dan bersemangat kerja, karena keadaan keluarganya rukun. Juga banyak anak-anak yang terlantar, merana, dan menjadi korban narkoba, karena keadaan keluarganya berantakan. Dengan demikian, agama dan keluarga merupakan instrumen penting dalam membangun kehidupan agar lebih bermakna dan bahagia.
Oleh karena itu, Islam sebagai agama yang sempurna sangat memperhatikan pembinaan agama dalam keluarga. Islam sangat menekankan pendidikan agama dalam keluarga. Karena keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama dan utama dalam mempersiapkan generasi-generasi terbaik bangsa. Sementara agama menjadi fondasi dan bekal utama bagi generasi muda dalam mengarungi kehidupan yang penuh dinamika. Ternyata sejarah telah membuktikan, bahwa generasi-generasi yang berhasil dan tangguh adalah mereka yang berasal dari keluarga yang dari sejak dini menanamkan pendidikan agama pada anak-anaknya.
Alquran sebagai kitab suci umat Islam banyak menceritakan tentang kisah-kisah sukses keluarga yang mampu mendidik anak-anaknya sehingga menjadi generasi-generasi yang tangguh, unggul, dan shaleh. Seperti kisah Nabi Ibrahim as yang sukses membina keluarganya sehingga anak keturunannya semuanya diangkat menjadi nabi dan rasul.
Alquran pun mengabadikan keluarga Imran menjadi nama surat dalam Alquran, yakni Surat Ali-‘Imran (keluarga Imran), karena keluarga ini sudah menunaikan janjinya untuk mengajari putrinya (Maryam) dengan pendidikan agama di bawah asuhan Nabi Zakaria as. Sehingga kelak dari wanita suci Maryam ini lahirlah seorang rasul, yakni Nabi Isa as. Alquran juga mengabadikan keluarga Luqman al-Hakim yang bukan nabi dan rasul menjadi Surat Luqman. Karena ia telah berhasil mendidik anaknya dan meletakkan dasar-dasar pengajaran agama dalam keluarga untuk mempersiapkan generasi-generasi yang shaleh.
Akan tetapi Alquran pun memberikan sinyalemen, bahwa setelah generasi terbaik akan datang generasi yang sangat jelek dari segi akhlak dan moralnya. Ciri-cirinya adalah generasi yang menyia-nyiakan perintah agama untuk melaksanakan shalat dan mereka pun dalam kehidupannya selalu memperturutkan hawa nafsu dengan banyak berbuat kejahatan dan kemaksiatan. Akibatnya kehidupan menjadi rusak dan ancaman kehancuran sudah berada di depan mata. Allah SWT berfirman: Artinya: “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan” (QS. Maryam [19]:59).
Apa yang disampaikan Alquran ini tentunya harus menjadi perhatian kita semua. Sejalan dengan fenomena generasi sekarang ini yang berada di ambang ancaman dekadensi moral dengan merajalalelanya tindakan-tindakan kriminal yang dilakukan generasi muda, seperti terjerat narkoba, tawuran, pergaulan bebas, tindakan kekerasan, dan perbuatan kriminal lainnya. Jelas fenomena ini sangat mengkhawatirkan, karena dapat dibayangkan bagaimana nasib bangsa ke depan apabila generasi mudanya tak dapat diandalkan. Maka semua elemen bangsa harus terpanggil dan ikut memikirkan, bagaimana solusinya untuk memperbaiki moral dan mental anak-anak bangsa? Di antara solusinya adalah kita harus memperkuat pendidikan agama dalam keluarga.
Karena dari sejak awal Alquran sudah mewanti-wanti, bahwa kita harus bisa menjaga keluarga dari ancaman siksaan neraka. Asosiasi kita tentang siksaan neraka adalah kelak di akhirat. Padahal, itu hanya akibat dari kejahatan-kejahatan yang dilakukan di dunia. Oleh karena itu, sebagai tindakan preventifnya kita selaku orangtua harus membina mental dan moral generasi muda dengan pendidikan agama sejak dini di lingkungan keluarga.
Allah SWT berfirman: Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At-Tahrim [66]:6).
Ternyata yang mesti dikhawatirkan dari anak-anak kita itu bukan masalah perut atau material. Karena secara naluri manusia diberi kemampuan untuk memenuhi hajat hidupnya dan Allah SWT juga sudah menyediakan sumber daya alamnya. Tinggal manusia mencari akal dan bekerja keras untuk menggali dan mengolahnya demi sebesar-besarnya kesejahteraan hidupnya. Tetapi yang perlu dikhawatirkan dari generasi kita adalah masa depan moral spiritualnya. Ini karena apabila moralnya sudah rusak tentu akan sulit memperbaikinya dan akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Bahkan, akan berakibat patal dengan menghancurkan semua sendi-sendi kehidupan manusia.
Oleh karena itu, Allah SWT juga sudah menegaskan: Artinya: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa” (QS. Thaahaa [20]:132).
Di sinilah pentingnya penguatan pendidikan agama dalam keluarga. Sehingga diharapkan dapat menyelamatkan anak-anak kita dari jurang kehancuran dan kehinaan. Berdasarkan petunjuk Alquran, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan dalam rangka penguatan pendidikan agama dalam keluarga, yaitu:
Pertama, memberikan dorongan dan nasihat yang baik kepada anak. Sehingga mereka senantiasa mendapatkan motivasi untuk berbuat baik dan segera kembali pada jalan yang benar sesuai dengan tuntunan agama apabila melakukan kesalahan. Sebagaimana nasihat-nasihat Luqman yang diberikan kepada anak-anaknya (lihat QS. Liqman [31]:12-19).
Kedua, membimbing melakukan pembiasaan-pembiasaan pengamalan agama di lingkungan keluarga. Misalnya membiasakan selalu berdoa, mengucapkan salam, mencium tangan orangtua, melaksanakan shalat di awal waktu, berbuat baik kepada saudara dan tetangga, serta pembiasaan-pembiasaan sikap dan perbuatan baik lainnya yang diajarkan agama.
Ketiga, menerapkan reward and punishment; yaitu hukuman dan penghargaan yang sesuai dengan tahap perkembangan jiwa anak. Sehingga anak selalu terdorong untuk melakukan kebaikan dan takut untuk melakukan keburukan. Dalam sebuah hadits Nabi pun disebutkan, “Perintahkanlah anak-anakmu untuk mengerjakan shalat ketika sudah berusia tujuh tahun; dan pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya ketika sudah menginjak usia sepuluh tahun”. Tentu pukulan pendidikan dan kasih sayang supaya anak mengenali kewajiban dan tanggung jawabnya.
Keeempat, memberikan keteladanan; sebagai orangtua tentunya harus menjadi teladan baik bagi anak-anaknya. Sehingga pendidikan agama dalam keluarga menjadi efektif karena keteladanan yang diperlihatkan oleh orangtua. Jadi dalam melaksanakan perintah-perintah agama, selaku orangtua bukan hanya pandai menyuruh, tetapi mengajak dengan mengatakan, “Mari Nak! melakukan bersama-sama”.
Kelima, memanjatkan doa demi kebaikan dan keshalehan anak-anak kita. Selaku manusia yang namanya orangtua pasti memiliki keterbatasan, karena itu jangan lupa selalu berdoa kepada Allah SWT untuk kebaikan dan kemaslahatan keluarga serta keturunan kita. Ada doa yang diajarkan Alquran, "Ya Tuhan Kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Furqaan [25]:74).
Demikianlah di atara upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk penguatan pendidikan agama dalam keluarga. Apabila pendidikan agama ini sudah ditanamkan sejak dini kepada anak-anak kita, maka insya Allah akan menjadi bekal yang sangat berharga bagi kehidupan di masa-masa dewasa. Juga yang paling penting, dengan penguatan pendidikan agama dalam keluarga dapat menyelamatkan anak-anak kita dari ancaman kemerosotan moral dan kehancuran kehidupan di masa-masa yang akan datang. Wallahu A’lam Bish-Shawaab.
* Widyaswara Kantor Kemenag Bandung