REPUBLIKA.CO.ID, AKARTA-- Kisah yang masih misteri tentang sosok Dzulqarnayn hingga saat ini adalah tempat dia melihat matahari terbit dan terbenamnya. Di manakah itu? Alquran menyebutkan, ketika Dzulqarnayn sampai di suatu tempat matahari di barat, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam (fi Aynin Hami`atin).
Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: Hai Dzulqarnayn, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka. (QS Al-Kahfi [18]: 86).
Di manakah lokasi Dzulqarnayn melihat matahari terbenam itu? Apakah laut yang dimaksud itu adalah Laut Hitam atau sekadar ilustrasi, yakni ketika seseorang berjalan ke sebuah pantai, laut, atau muara sungai, lalu dia menyaksikan matahari perlahan tenggelam?
Jika memahami ayat ke-86 surah Al-Kahfi di atas secara harfiah, laut yang dimaksud adalah sebuah lautan yang berwarna hitam karena dipenuhi oleh lumpur. Tentu saja, pendapat demikian akan menuai perdebatan yang sangat panjang. Sebab, sangat mustahil sebuah lautan yang sangat luasdipenuhi oleh lumpur yang berwarna kehitam-hitaman.
Sejumlah pendapat pun dikemukakan para ahli tafsir, seperti Ibnu Katsir dalam Bidayah wa an-Nihayah dan Tafsir Ibnu Katsir serta Sayyid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilal al-Qur’an, Abu Bakar Jabir al-Jazairi dalam Tafsir Al-Aisir, maupun lainnya mengenai ayat 86 surah Al-Kahfi tersebut.
Sayyid Quthb menjelaskan, pendapat yang paling kuat dia berada di antara salah satu muara sungai, yang terdapat banyak padang rumput dan di sekitarnya banyak tanah yang berlumpur.
Ibnu Katsir menyebutkan, tempat itu adalah samudra. Inilah gejala yang dialami setiap orang yang sampai di pantai. Dia melihat matahari seolah-olah terbenam ke dalamnya, padahal matahari tidak terpisah dari falak (astronomi) yang keempat yang menjadi tempat rotasinya. Sedangkan Syekh Abu Bakar Jabir al-Jazairi menyebutkan, tempat itu adalah di sisi sebuah samudra.
Namun, di manakah laut berlumpur hitam itu? Benarkah tempat itu adalah Laut Hitam? Charles King dalam bukunya yang berjudul The Black Sea: A History (2004) menuliskan, Laut Hitam pada mulanya bernama Pontos Axenios (laut tidak ramah). Nama ini diberikan oleh orang Yunani. Kemudian, diganti menjadi Pontos Euxeinos (Laut Mesra) untuk mendapatkan keberkahan dari laut. Nama ini diberikan oleh para pelaut Yunani. Sebab, warna laut sangat gelap jika dibandingkan dengan Laut Mediterania.
Menurut Charles King, orang yang bisa melihat kedalaman Laut Hitam hanya berjarak sekitar lima meter (15 kaki), sedangkan Laut Mediterania mencapai 35 meter atau sekitar 100 kaki.