Kamis 11 May 2017 20:13 WIB

Umat Islam Harus Kaya, Mengapa?

Konsultan Keuangan Muhammad Syafi'i Antonio memberikan pemaparan saat menjadi pembicara dalam dialog kebangsaan dalam rangkaian Days of Islamic Economics Revival (DINAR) 2017 yang digelar di Alhambra Multifunction Hall Kampus STEI Tazkia, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/5).
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Konsultan Keuangan Muhammad Syafi'i Antonio memberikan pemaparan saat menjadi pembicara dalam dialog kebangsaan dalam rangkaian Days of Islamic Economics Revival (DINAR) 2017 yang digelar di Alhambra Multifunction Hall Kampus STEI Tazkia, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (11/5).

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Umat Islam harus dan boleh jadi kaya sekaya apapun asalkan mengikuti ajaran Islam. Rektor STEI Tazkia M. Syafi'i Antonio menjelaskan, Muslim boleh sekaya apapun asalkan harta kekayaannya didapat dengan cara halal.

"Bukan dengan riba, zhalim, merusak alam, atau menyogok,"kata dia, dalam Dialog Kebangsaan di forum Days of Islamic Economics Revival (DINAR) 2017 STEI Tazkia, di Aula Al-Hambra, STEI Tazkia, Sentul Kabupaten Bogor pada Kamis (11/5).

Menurutnya, bicara yang haram dan halal jelas. Tapi di antara keduanya ada area meragukan. Siapa yang masuk ke area meragukan, akan jatuh kepada yang haram.

Umat Islam boleh kaya tapi harus rendah hati. Semua hal dari, milik, diawasi, dan akan kembali kepada Allah. Maka seorang Muslim mendedikasikan diri untuk Allah SWT. ''Jangan sampai saat jadi mahasiswa idealis, tapi saat punya jabatan malah lupa,'' kata Syafi'i.

Muslim juga boleh kaya selama ia berbagi. Tidak ada yang iri kalau yang kaya berbagi.

Di sisi lain, harus ada upaya bersama mencerdaskan umat. Sebab salah satu alasan kemunduran ekonomi Islam adalah kesalahan pola pikir.

''Banyak yang merasa cukup dengan miskin dan sabar. Padahal, yang kaya dan sabar lebih dekat ke surga karena dayanya lebih besar,'' ungkap Syafi'i.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement