Senin 01 May 2017 20:52 WIB

Haedar Nashir dan Tuan Guru Bajang Bahas Komitmen Kebangsaan

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Ilham
Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi (tengah) bersilaturahim dengan Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir (dua kiri) di Pendopo Gubernur NTB pada Ahad (30/4), malam. Tuan Guru Bajang (TGB) dan Haedar membahas sejumlah permasalahan bangsa dan keumatan yang terjadi belakangan ini.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi (tengah) bersilaturahim dengan Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir (dua kiri) di Pendopo Gubernur NTB pada Ahad (30/4), malam. Tuan Guru Bajang (TGB) dan Haedar membahas sejumlah permasalahan bangsa dan keumatan yang terjadi belakangan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur NTB, Muhammad Zainul Majdi bersilaturahim dengan Ketua PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, di Pendopo Gubernur NTB pada Ahad (30/4), malam. Gubernur yang lebih akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) menyampaikan berbagai pandangan dan masukannya terhadap penanganan sejumlah permasalahan bangsa dan keumatan yang terjadi belakangan ini.

"(Silaturahmi) Ini dalam rangka mengajak dan mengingatkan kembali pada komitmen kebangsaan," kata TGB yang juga merupakan Ketua Umum Pengurus Besar Nadhlatul Wathan (PBNW) dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (1/5).

Kedua tokoh itu menyuarakan ajaran Islam yang diajarkan serta dikembangkan organisasi-organisasi seperti Muhammadiyah, NU, NW, Persis adalah ajaran Islam yang salah satu nilai utamanya adalah wasitiyah (moderasi). "Yakni, pandangan Islam yang moderat yang mengedepankan aspek persuasif serta mengajak kepada kebaikan bersama," kata TGB.

Sementara, Haedar Natsir mengungkapkan, kondisi dalam enam bulan terakhir tidak dipungkiri membawa situasi yang kurang nyaman serta banyak energi yang tersita. Haedar mengajak umat untuk melaksanakan rekonsiliasi. "Energi umat yang sangat besar yang dibuktikan dalam beberapa aksi beberapa waktu lalu, hendaknya bisa mengarah kepada hal-hal yang nyata bisa mendukung kemajuan Indonesia," kata Haedar.

Haedar menilai, salah satu kekuatan energi tersebut itu bisa bertransformasi menjadi kekuatan ekonomi yang besar untuk memperhatikan aspek pemberdayaan ekonomi umat. "Muhammadiyah seperti halnya NU dan NW, juga sudah menetapkan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai Darul Ahdi Wassahadah, yakni tempat untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan umat dan bangsa," kata Haedar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement