Selasa 25 Apr 2017 17:26 WIB

Isra Mi’raj, Bung Karno, dan Jalan Sunyi Bangsa

Komplek Masjid Al Aqsa
Foto: AP/Dusan Vranic
Komplek Masjid Al Aqsa

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Moch Aly Taufiq, MA*  

Isra’ Mi’raj merupakan sebuah peristiwa bernuansa spiritual-profetik yang menjadi landasan historis diturunkannya perintah melaksanakan shalat lima waktu kepada Nabi Muhammad SAW. Mencermati pentingnya peristiwa sekaligus pesan yang akan disampaikan melalui peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut tentu kita semua menjadi paham bahwa peristiwa ‘pemanggilan langsung’ yang dilakukan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW semata-mata bukanlah panggilan biasa. Terdapat mandat serta pesan yang sangat penting yang disematkan melalui persitiwa tersebut yakni perintah untuk melaksanakan shalat.

Pesan itu kuat terekam dalam Surah al-Isra’ ayat ke-1: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar lagi Mahamengetahui.” 

Maka wajar kemudian, sebagai wujud dan ekspresi rasa syukur atas peristiwa tersebut umat Muslim di seluruh dunia selalu menghelat acara peringatan Isra’ Mi’raj. Berbagai macam perayaan peringatan dilakukan dengan satu tujuan yaitu mengingat serta mengambil hikmah dari pelajaran Isra’ Mi’raj yang telah dialami oleh Nabi Muhammad SAW.

Sebagaimana yang kita alami dan kita pahami zaman semakin maju, teknologi juga semakin canggih, namun kemajuan zaman dan kecanggihan teknologi tersebut tidak sekaligus menjadi jaminan bahwa pengetahuan serta pemahaman keagamaan kita berbanding lurus dengan kemajuan zaman. Kondisi di lapangan hari ini mengatakan bahwa kemajuan zaman yang dibuktikan dengan kemajuan teknologi tidak serta merta menjadi jaminan dan garansi kemajuan pemahaman sekaligus pandangan, baik pandangan kehidupan terutama menyangkut kebangsaan, kenegaraan maupun keagamaan.

Banyak peristiwa yang menjadi pekerjaan rumah kita bersama sebagai umat beragama. Masih banyaknya ketidakadilan, merajalelanya korupsi adalah beberapa bukti bahwa betapa kualitas iman serta paham keagamaan tidak selalu simetris dengan kemajuan zaman. Pada posisi yang paling ideal, seharusnya dengan ditunjang teknologi yang demikian maju, manusia zaman sekarang bisa menjadi cemerlang di bidang apapaun termasuk bidang keberagamaan.

Berpijak dari realitas kebangsaan di atas yang dikoneksikan langsung dengan pemahamanan keagamanaan maka momentum Isra’ Mi’raj ini menjadi teramat penting untuk disarikan lagi pesan serta spirit yang diusungnya. Isra adalah peritiwa yang penuh dengan kesunyian. Isra juga berarti perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam hari dari Masjid al- Haram ke Masjid al-Aqsa di Baitul Muqadas dengan kendaraan buraq. 

Isra adalah perjalanan melawan kesunyian. Sunyi adalah sebuah ruang atau dimensi ketika manusia sudah mampu mengatasi kesepiannya. Sebab hakikatnya manusia, mulai dari lahir sampai menemui ajalnya, ia hidup “sendiri” dan sering merasa sepi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement