Kamis 20 Apr 2017 16:23 WIB

Mengembalikan Perilaku 'Jalan Lurus' Warga Binaan Lewat Mengaji

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Agus Yulianto
Warga binaan membaca Alquran saat mengikuti kegiatan khatam Alquran massal di Lapas kelas IIB Indramayu, Jawa barat, Kamis (20/4) (Ilustrasi).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Warga binaan membaca Alquran saat mengikuti kegiatan khatam Alquran massal di Lapas kelas IIB Indramayu, Jawa barat, Kamis (20/4) (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Lembaga Permasyarakatan Kelas II B Tasikmalaya mengadakan kegiatan khatam Alquran bagi narapidana Muslim pada Kamis, (20/4). Kegiatan itu ternyata ikut serta dilakukan oleh lapas-lapas lain di seluruh Indonesia secara serentak dalam rangka HUT Lapas ke-53.

Diketahui, mengaji menjadi bagian tak terpisahkan dari para narapidana Muslim di Kota Tasik. Salah satunya Muhammad Saleh yang dihukum atas kasus pembunuhan yang dilakukannya pada 2008. Saleh tak langsung ditangkap, kepolisian baru bisa menangkapnya pada 2011.

Setelah proses hukum yang panjang lewat serangkaian banding, akhirnya dia divonis penjara setahun dua bulan. Sebab, Saleh tak terbukti menjadi dalang atas pembunuhan. Dia hanya berperan sebagai pembantu pembunuhan saja karena menjemput korban.

Saleh sendiri sebenarnya merasa dijebak dalam kasus itu. Dia tak tahu menahu bahwa temannya yang sekaligus otak pembunuhan memintanya menjemput seseorang. Seseorang yang dijemputnya itu ternyata malah dibunuh oleh rekannya yang sampai saat ini masih buron.

"Kasus pembunuhan dijebak oleh teman karena cuma menemani jemput dan barang bukti ada di saya, pelaku utamanya belum ketangkap," katanya ketika berbincang dengan Republika.co.id, saat hendak mengaji.

Pria yang mengaku PNS di Kementerian Pertanian itu kini sudah menghabiskan tujuh bulan masa hukumannya. Selama periode itu, ia selalu mengikuti kegiatan baca Alquran di Lapas seusai magrib setiap harinya. Penyesalan saat ini sudah jadi makanannya sehari-hari. Apalagi istrinya baru saja dua pekan lalu meninggal dunia. Tiga orang anaknya pun mesti tinggal di rumah ibunya karena tak ada pengasuh.

"Saya kehilangan semuanya, saya mau taubat kembali ke Allah, sudah kapok tidak mau ulangi lagi kejadian ini," ujar pria yang mengaku pernah menunaikan ibadah haji itu.

Kepala Lapas Kelas IIB Tasik Julianto Budhi Prasetyo menjelaskan, kegiatan mengaji tak hanya dilakukan di acara seperti khatam bersama saat ini. Kata dia, mengaji sudah rutin dilakukan setelah shalat magrib. Hanya saja, dalam kegiatan kali ini, ia memilih 120 dari 346 narapidana yang memang biasa mengaji.

"Di sini kegiatan khatam sudah sering, cuma kali ini bertepatan dengan ultah Lapas. Di sini mengaji dari habis Magrib sampai Isya, jadi sudah biasa," ujarnya.

Dia berharap, lewat kegiatan mengaji bisa mengembalikan narapidana Muslim ke jalan lurus. Sebab, para narapidana tentunya membutuhkan banyak dukungan tak hanya dari keluarga, melainkan dukungan spiritual lewat kedekatan dengan Tuhan.

Lewat mengaji ini, menurutnya, perilaku penghuni lapas menjadi lebih baik. "Peningkatan perilaku ada karena semakin dekat dengan Tuhan, lebih tenang dan tidak terjadi gangguan," ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement