REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - NU Gallery menggelar pameran lukisan bertajuk "Indah Negeriku Damai Bangsaku"di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta. Pameran yang berlangsung selama empat harin ini dikunjungi dan ditutup oleh Ketua DPD RI, Dr. H. Oesman Sapta Odang, Senin (17/4).
Founder NU Gallery, Muchamad Nabil Haroen, berharap NU Gallery dapat terus menghadirkan berbagai karya monumental dan penuh makna. "Biasanya kami menggelar eksibisi secara terbuka untuk umum. Malam ini adalah malam pertama bagi kami menggelar perhelatan secara terbatas dengan mengundang tamu-tamu kehormatan," ujarnya dalam keterangan tertulisnya.
Karenanya, lanjut Nabil, NU Gallery dan segenap pelukis yang karyanya hadir malam ini menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sedalam dalamnya.
Sejak dirintis, paparnya, NU Gallery diniatkan ingin ikut serta berkontribusi menyemarakkan apresiasi dunia seni rupa Indonesia kontemporer. "Kami percaya bahwa seni rupa merupakan salah satu ekspresi dan pantulan suasana batin dari kenyataan. Lukisan, dilihat dari daya reflektifnya, adalah cermin tempat kita menatap bayangan-bayangan yang tak ada habisnya," ujarnya
Goresan-goresan di atas kanvas seperti menandai lipatan-lipatan pemikiran dan perasaan. Maka, dunia seni rupa ialah wahana yang batas-batas terjauhnya tidak bisa dibayangkan, bahkan oleh para pelakunya sendiri. "Batas terjauh seni rupa ialah fantasi dan imajinasi itu sendiri," jelas Nabil
Menurut Nabil, sejarah seni rupa Indonesia menunjukkan bahwa meski tingkat apresiasi terhadap karya para pelukis belum begitu menggembirakan, namun tetap saja para pelukis Indonesia tetap melahirkan karya demi karya sebagai apresiasi reflektif mereka. "Dalam frame itu, NU Gallery hendak berpartisipasi, betapapun apa yang sudah, sedang, dan terus kami ikhtiarkan masih kecil dan sederhana," terangnya
NU Gallery sadar betul bahwa latar belakang para perupa di Indonesia sedemikian beragam sebagaimana fitrah kebhinekaan negeri ini. Bila tema pameran malam ini ialah “Indah Negeriku, Damai Bangsaku”, tentu saja itu merupakan sebentuk respon seni rupa terhadap kenyataan mutakhir yang dihadapi bangsa ini.
Ia berharap, semoga kegiatan ini dikenang secukupnya sebagai salah satu momen apresiasi batin kita dengan pantulan-pantulan kenyataan.
"Begitulah, Nawaitu kami, niatan kami dalam mengkurasi karya para perupa, ialah semampu mungkin menghadirkan sesuatu tepat pada tempatnya. Seperti disampaikan Kyai Ahmad Mustofa Bisri, yang karyanya ikut hadir dalam edisi kuratorial kali ini, menempatkan sesuatu pada tempatnya ialah semangat dasar kehidupan yang berbudaya. Dalam keyakinan, ia disebut kebenaran. Dalam hukum ia disebut keadilan. Dan dalam kesenian, kita memanggilnya keindahan," kata dia.