Ahad 09 Apr 2017 19:30 WIB

Gaya Dakwah Zakir Naik

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Dr Zakir Naik memeluk jamaah yang menjadi mualaf pada acara Dr Zakir Naik Indonesia Visit 2017 bertajuk Da'wah Or Destructioin di Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung, Ahad (2/4).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Dr Zakir Naik memeluk jamaah yang menjadi mualaf pada acara Dr Zakir Naik Indonesia Visit 2017 bertajuk Da'wah Or Destructioin di Gymnasium Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Kota Bandung, Ahad (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dosen Perbandingan Agama UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Ahmad Muttaqin menilai, gaya dakwah Zakir Naik, yaitu merespons model dakwah yang dilakukan oleh misionaris. Naik melihat agama lain melalui kacamata Islam.

Menurut Muttaqin, hal tersebut mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Sisi positif yang dimaksud adalah dapat berdampak kepada keimanan internal umat Islam. Namun, di sisi lain model dakwah seperti ini cukup berbahaya jika diterapkan di negara multikultural.

Muttaqin melihat, dakwah yang dilakukan Zakir menggunakan pendekatan perbandingan agama. Model dakwah seperti itu dalam konteks studi agama-agama, kata Muttaqin, sudah tidak lagi menjadi tren.

"Terutama, kalau kita lihat pada konteks masyarakat multikultural yang setiap kelompok punya hak untuk itu. Yang dilakukan Zakir Naik kemudian, dia banyak melakukan pengislaman kepada banyak pihak. Satu sisi bagi umat agama lain pasti dia akan merasa nggak senang," Muttaqin mengungkapkan.

Ketua Komisi Dakwah MUI KH Cholil Nafis menambahkan, pendekatan yang dilakukan Zakir Naik di satu sisi memiliki dampak positif untuk hal rasioanalitas konsep keyakinan beragama. Sehingga, terjalin komparasi dan rasionalisasi. Sedangkan, pendekatan tersebut juga bisa menciptakan kesalahpahaman atau menyinggung perasaan pemeluk agama lain.

"Karena, ada yang tidak suka dengan gaya dakwah seperti itu atau kadang dianggap mengganggu harmoni umat beragama," jelasnya.

Cholil mengatakan, setiap tempat mempunyai kekhasan tersendiri baik segi budaya maupun lainnya. Untuk itu, menurut Cholil, pendakwah perlu bijak dalam menyampaikan ajarannya supaya tidak kontraproduktif. Namun, Cholil mengakui, gaya dakwah yang dilakukan Zakir Naik sudah ada Indonesia meskipun baru sebatas di ruang akademik atau forum perbandingan agama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement