REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus serius menjalankan berbagai program agar masyarakatnya religius. Salah satu program keislaman yang dibuat Pemkot Bandung adalah program Magrib Mengaji. Suksesnya program ini, tak terlepas dari peran guru mengaji yang ada di 4.000 masjid di Kota Bandung.
"Untuk kesejahteraan guru ngaji, tahun ini kami mengalokasikan anggaran Rp 6 miliar untuk honor mereka," ujar Wali Kota Bandung Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil, Kamis (6/4).
Emil berharap dengan program magrib mengaji dan subuh berjamaah, remaja di Kota Bandung bisa kembali beraktivitas di masjid. Jadi, mereka tak banyak nongkrong di tempat yang tak bermanfaat.
Selain itu, banyak program kerjanya, selama ini, ingin mengedepankan hal-hal yang berbau keagamaan. Namun, Subuh berjamaah dan Magrib mengaji sebagai langkah untuk mengajak masyarakat lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.
"Banyak program yang sudah terlaksana, tidak hanya taman saja yang saya buat. Namun, saya ingin membuat Kota Bandung lebih agamis," katanya.
Dikatakan Emil, membuat program Subuh mengaji dan Maghrib berjamaah karena nanti akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT sebagai pemimpin yang mengajak kebaikan kepada umat dan mengurusi keislaman umat. Selain itu, di Kota Bandung tepatnya di wilayah Gedebage akan dibuat gedung pusat pengembangan tilawatil Quran dengan biaya sebesar Rp 27 Miliar sebagai komitmen Pemkot Bandung ingin mengajak masyarakat mencintai Alquran.
Kota Bandung sendiri pun, kata dia, secara konsisten mengembangkan tilawatil Quran dengan hasil menjuarai enam kali berturut-turut se-Jawa Barat. Semua juaranya, diberikan hadiah untuk beribadah haji oleh Pemerintah Kota Bandung. "Kita yang paling konsisten, terbukti dengan enam kali menjuarai se-Jawa Barat, dan mereka yang juara, kita beri hadiah untuk melaksanakan Ibadah Haji," katanya.
Emil mengatakan, Islam dari dulu sampai sekarang tidak ada perubahan, cuma yang membedakan ialah caranya. Contohnya, kata dia, dahulu membaca Alquran menggunakan kitabnya langsung, tapi dengan perkembangan zaman sekarang membaca Alquran bisa menggunakan gawai. "Kalau sekarang kita bisa menggunakan teknologi yang dinamakan HP. Kalau dalam pengajian saya lihat ibu-ibu pakai HP atau Ipad," katanya.
Saat ini, kata dia, Ia pun memerhatikan kitab kuning harus terus dilestarikan agar manggeng dan lebih mudah diakses. Alangkah baiknya, ada versi digitalnya dengan progran digitalisasi kitab kuning selanjutnya nasihat-nasihat pendek yang ada didalam kitab kuning lebih baik dibukukan.
"Biar mudah diakses kita buat versi digitalnya, dan nasihat-nasihat pendek yang ada di kitab kuning. Ini, kegelisahan saya sekarang, karena nilai kebutuhan membaca masyarakat sangatlah rendah, karena waktunya banyak digunakan untuk mengakses media sosial dibanding membaca buku," katanya.