REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbuat lebih jauh untuk meredam krisis kelaparan, Aksi Cepat Tanggap (ACT) sedang menyiapkan Kapal Kemanusiaan yang akan membawa donasi pangan ke empat negeri yang terpapar krisis kelaparan. Melanjutkan pengiriman tim kemanusiaan untuk menanggulangi kelaparan dunia di Somalia, Yaman, Sudan Selatan, dan Nigeria, kini ACT segera siapkan “Kapal kemanusiaan”.
Dari Indonesia, Kapal Kemanusiaan akan memfasilitasi penjemputan bantuan donasi pangan ke tiap-tiap pelabuhan di pulau-pulau besar. Setelah semua bantuan dirasa cukup, Kapal Kemanusiaan akan berlayar sampai ke Tanah Afrika.
Krisis yang terjadi di empat negara di Afrika terjadi karena nihilnya bahan pangan untuk dibeli dan diolah. Krisis kelaparan pun makin diperkeruh karena konflik. Akses terhadap sumber makanan terputus total, sementara uang tidak punya sama sekali, akhirnya membuat lebih dari setengah populasi penduduk suatu negeri mengalami malnutrisi akut.
Malnutrisi menjadi mimpi buruk yang mematikan secara perlahan di ke-empat negeri itu. Dalam hitungan menit, jam dan hari, hitungan nyawa yang tewas karena krisis gizi dan lapar terus bertambah. Terlambat sedikit saja untuk bergerak membantu, akan makin sulit untuk memulihkan krisis. Sejumlah analisis krisis pangan berkata, ada 20 juta penduduk di empat negara itu kini sudah berada di ujung pengharapan, hanya uluran tangan membawa bantuan pangan yang dinanti.
Kapal Kemanusiaan adalah tawaran yang bisa bangsa ini lakukan untuk terlibat meredam krisis kelaparan akut di wilayah Tanduk Afrika. “Ini adalah hasil gotong-royong dunia sebagai amunisi logistik. Ke depan, gelombang penyelamatan semakin signifikan sebagai program jangka panjang,” jelas Ahyudin, Presiden ACT, dalam siaran persnya yang diterima Republika.co.id, malam ini.
Kapal Kemanusiaan menjadi solusi sebab sifat pelayanannya yang mobile, menghubungkan empati yang terpisah pulau dan pulau. Bukan hanya itu, berlayarnya Kapal Kemanusiaan pun menjadi bukti bahwa bangsa ini mampu proaktif, berbuat lebih jauh dan masif meredam krisis lapar.
“Jangankan sekarang, saat sudah lama kita merdeka. Dahulu saja Agustus 1946, baru setahun merdeka, diplomasi kemanusiaan pertama negeri ini sudah berjalan dengan mengirim 500 ribu ton beras untuk bangsa India yang diterpa kelaparan,” ungkap Syuhelmaidi Syukur, senior Vice President ACT, yang diamanahi sebagai Ketua Program Kapal Kemanusiaan ACT.
Syuhelmaidi mengatakan, targetnya terkumpul 25 ribu ton beras. Kalau dengan uang, per kilogram beras setara Rp 10 ribu. “Anda bisa membantu logistik berupa beras atau uang. Mau mengirim beras? Bisa melalui kantor-kantor cabang ACT di seluruh Indonesia. Mudah-mudahan, bantuan signifikan bisa terhimpun dan bisa kita realisasikan di bulan Syawal tahun ini,” ujar Syuhelmaidi.