REPUBLIKA.CO.ID, NORTH ATTLEBORO -- Komunitas Muslim di North Attleboro, Massachusetts, AS, mengadakan kursus singkat tentang Islam. Salah seorang pembicara, Umer Akbar, mengatakan bahwa dalam acara ini dia ingin orang dari semua agama memahami bahwa semua orang bisa hidup secara berdampingan.
Akbar yang juga berprofesi sebagai ahli saraf ini mencoba untuk menghilangkan beberapa mitos umum yang disebarkan tentang Islam dan para pengikutnya.
Acara ini diadakan setelah munculnya sentimen anti-Islam di North Attleboro karena dua pejabat kota menyampaikan komentar negatif tentang Muslim di halaman Facebook mereka. Mereka berkomentar dan membagikan gambar Muslim sebagai tentara jihad dengan menggunakan agama untuk membenarkan tindakan ekstremisme yang dilakukan.
Menurut Akbar, di luar sana banyak pihak yang melihat Islam hanya dalam refleksi terorsme maupun ekstremisme. Padahal sebenarnya, Islam adalah agama damai. Kesalahpahaman tentang Islam berasal dari mereka yang menggunakan agama sebagai dasar untuk perang ekonomi atau politik.
Dikatakan Akbar, Islam bukanlah agama yang mengajarkan untuk membunuh atau melakukan tindak kekerasan. Beberapa pihak memang seringkali menggunakan ayat-ayat Alquran untuk kepentingan mereka. Padahal, konteks dari sebuah ayat begitu penting.
"Bila ada teroris mencoba untuk meyakinkan Anda bahwa mereka bisa membunuh orang. Maka, Anda harus mengatakan bahwa hal itu tidak benar. Alquran tidak mememerintahkan hal tersebut,” ujar Akbar seperti dilansir thesunchronicle, belum lama ini.
Para peserta begitu antusias mengikuti kursus ini. Acara yang juga dihadiri oleh pejabat kota ini membuka sesi tanya jawab. Para peserta menanyakan banyak hal. Mulai dari ibadah, sejarah agama Islam, hari raya Islam, dan lain sebagainya.
Menurut Akbar, dialog merupakan hal yang penting untuk membangun pemahaman di masyarakat. Sehingga masyarakat dapat saling bersosialisasi. Dengan adanya dialog maka tidak ada satu kelompok yang memaksakan kehendaknya dengan kelompok lain. Sehingga masing-masing dari kita menghormati perbedaan yang ada. "Itulah cara kita membuat masyarakat bermanfaat bagi generasi mendatang,” katanya.