Jumat 31 Mar 2017 15:30 WIB

Benarkah Warga Inggris Setia pada Teh?

Rep: Siwi Tri Puji B/ Red: Agung Sasongko
kopi
kopi

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Kopi juga memiliki tradisi panjang di Inggris. Kedai kopi pertama kali dibuka pada pertengahan abad ke-17, meskipun mereka juga melayani teh, yang awalnya merupakan minuman mahal yang hanya bisa dinikmati kalangan berpunya.

Namun dengan pengurangan pajak pada akhir abad ke-18, teh dan kopi menjadi populer di kalangan kelas menengah dan pekerja. Namun sampai saat ini, umumnya publik Inggris masih setia dengan tradisi minum teh ketimbang kopi, mungkin karena preferensi lama keluarga kerajaan yang menjadikan teh bagian dari kehidupan bangsawan. 

Setia pada teh?

Sebetulnya tidak juga. Sebuah artikel yang diterbitkan pada tanggal 28 Juni 2012 di London Evening Standard mengutip sebuah studi yang menemukan bahwa 45 persen orang Inggris mengira bahwa kopi memiliki status sosial yang lebih tinggi daripada teh.

Sebanyak 70 persen dari responden kaya mengatakan mereka lebih suka kopi ketimbang minuman para bangsawan itu. Meskipun demikian, konsumsi kopi di Inggris masih sangat rendah, sekitar 2.268 gram kopi per kapita per tahun, atau hanya sepertiga dari konsumsi per kapita kopi di Jerman.

Yang menjadi ironi, justru adalah tradisi minum kopi saat ini di banyak negara di Asia Selatan dan Tenggara serta sebagian Amerika Latin serta Afrika Timur. Alih-alih menyeruput kopi dari biji bermutu tinggi yang tumbuh di sekitarnya, mereka justru lebih memilih kopi pabrikan siap santap.

Kopi-kopi ini umumnya dibuat dari jenis kopi Robusta, kopi yang kastanya dianggap di bawah Arabika karena miskin rasa namun kadar kafeinnya dua kali lebih tinggi. Menang pahit, begitu banyak pakar kopi mengistilahkan. 

"Permintaan akan robusta meningkat karena tradisi minum kopi ini," kata Ric Rhinehart, direktur eksekutif di Specialty Coffee Association of America. Di banding Arabika, Robusta memang lebih murah, bisa sampai separuhnya.

Data dari International Trade Center, anak perusahaan World Trade Organization, menunjukkan meningkatkan permintaan kopi robusta adalah pendorong utama bagi pertumbuhan permintaan kopi global yang diperkirakan menjadi  175 juta kg pada tahun 2020 dari di bawah 120 juta pada tahun 2005.

Permintaan paling tajam terjadi di Asia, khususnya Cina dan India di mana beberapa konsumen beralih dari teh ke kopi. Pembeli umumnya dipengaruhi oleh iklan televisi yang menggambarkan tokoh sukses tampak bahagia menikmati kopi instan.

Secara diam-diam industri menyamakan minuman ini dengan status sosial, menggeser tradisi minum kopi di wilayah ini. "Jika sebelumnya cara menikmati kopi adalah dengan digiling (dari biji kopi pilihan), maka saat ini cukup digunting (dari kopi instan)," kata Rhinehart. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement