Senin 27 Mar 2017 22:45 WIB

Peran Masjid dalam Bidang Ekonomi Belum Berjalan

Rep: Wahyu Suryana, Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Masjid (ilustrasi).
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Masjid (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pakar ekonomi Islam Irfan S Beik menilai, peran masjid dalam bidang ekonomi di Indonesia belum berjalan. Masjid masih dipandang hanya sebagai sarana ibadah, bukan sarana kegiatan umat. "Pengurus masjid masih banyak yang merasa tabu jika beraktivitas ekonomi di masjid," kata ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Syariah Institut Pertanian Bogor ini kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Ia melihat, umat Islam dan pengurus masjid masih terkotakkan dalam stigma sakral masjid sebagai sarana ibadah saja. Akibatnya, peran masjid di bidang lain, khususnya ekonomi tak tergali maksimal.

"Masih banyak umat menganggap, jangan campur aduk urusan ekonomi dan ibadah, biarkan ekonomi ya ekonomi, ibadah ya ibadah. Ini pandangan yang kurang pas karena seolah-olah ekonomi terlepas dari Islam," kata dia.

Anggapan itu, menurut dia, patut disayangkan, mengingat pada zaman Nabi Muhammad SAW, masjid menjadi pusat kegiatan masyarakat. Lebih dari sekadar tempat ibadah, masjid kala itu menjadi tempat pengembangan ekonomi, politik, budaya hingga pendidikan. Karena itu, menurut dia, perlu perubahan pola pikir dari pengurus masjid. Dia yakin, perubahan pola pikir tersebut bukan sesuatu yang sulit asalkan ada kemauan.

Selain itu, dibutuhkan pula pelatihan terkait bisnis dan ekonomi syariah jika pengurus masjid merasa kurang mampu melakukan hal itu. Pelatihan ini, menurut Irfan, bisa menjadi ladang bagi organisasi filantropi untuk turut membantu. "Inisiatif ini harus didorong lembaga lain juga, seperti Baznas (Badan Amil Zakat Nasional) yang bisa kasih pelatihan," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement