REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jembatan Khaju adalah puncak karya arsitektur Jembatan Persia dan salah satu jembatan yang paling menarik saat ini,” kata Pope. Jembatan Khaju, kata dia, mampu menyajikan irama dan martabat kebudayaan yang tersaji dalam konsistensi tinggi. Tak hanya itu, Jembatan Khaju juga mampu melakoni identitasnya sebagai sarana transportasi sekaligus mewadahi fungsi rekreasi dan keindahan kota.
Saat ini, sisa singgasana sang Shah yang bisa ditemukan hanya sebongkah kursi batu. Waktu telah menggerus keperkasaan jembatan yang menjadi tengaran Isfahan ini. Walau hingga kini pengunjung masih bisa menikmati tembikar warna warni yang menjadi dekorasi eksterior dan lukisan dari abad ke-17 yang menjadi penghias interior, kini kondisi Jembatan Khaju sudah banyak berubah.
Sejak 2009, Jembatan Khaju mengalami perbaikan besar-besaran yang dilakukan oleh Pemerintah Iran. Sebelumnya, sebuah prasasti di jembatan ini menyebutkan bahwa pernah terjadi perbaikan pada 1873. Banyak kritik dialamatkan pada organisasi pelaksana preservasi dan konservasi Jembatan Khaju karena dipandang mencederai keaslian warisan budaya Iran itu.
Mehrdad Parsipour, desainer dan pemerhati pelestarian budaya, menilai, Pemerintah Iran bertindak ceroboh dalam perbaikan Jembatan Khaju karena tidak menggunakan alat-alat yang sesuai untuk preservasi dan konservasi. Sebagian batu dari struktur yang ada diganti dan ditenggelamkan ke sungai. Hal ini menyebabkan pendangkalan,” katanya.
Renovasi yang ceroboh ini, kata Parsipour, telah menyebabkan kerusakan yang parah pada Jembatan Khaju. Perbaikan yang dilakukan saat ini dampaknya lebih buruk dari yang pernah dilakukan pada pertengahan abad ke-19 tadi. Bentuk kecerobohan lain, pelaksana perbaikan menggunakan semen sebagai bahan perekat, bukan kapur seperti pada konstruksi asli.