REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Belgia tengah memperjuangkan agar kelompok minoritas Muslim di sana bisa punya peluang lebih besar diterima di kepolisian. Bahkan, Perdana Menteri Belgia Charles Michel bertekad untuk menambah kelompok minoritas di tim keamanan Belgia sebagai cerminan pula dari populasi yang beragam.
"Kepolisian akan kami dorong seterbuka mungkin. Kami harus melawan rasismen secara permanen," kata Michel seperti dikutip Reuters, Selasa (21/3).
Pihak kepolisian mengaku, harus berusaha lebih keras memantau kelompok minoritas di Molenbeek. Sebab, sebagian besar anggota Kepolisian Belgia merupakan kelompok kulit putih yang selalu dilihat dengan pandangan curiga oleh kelompok imigran. Para imigran khawatir akan dicap teroris.
Belgia tak memiliki data statistik mengenai agama dan ras. Namun, populasi Muslim mencapai tujuh persen dari total populasi dan pertumbuhan Muslim di Molenbeek mencapai 45 persen.
Salah satu dari dua anggota Kepolisian di Brussel yang berasal dari keturunan Maroko, Tarek Chatt, bergabung dengan Kepolisian Belgia pada 1999. Ia termasuk keturunan Maroko yang pertama diangkap menjadi polisi di sana.
Dulu, kata Chatt, rasa sulit menjalankan tugas karena semua orang berpikir negatif. Tapi sekarang, warga kota bangga ada keturunan Afrika Utara berseragam. "Mereka pikir ini adil. Mereka juga mau mendengar saya sekarang," kata Chatt.
Pascaserangan bom di Brussel, Belgia pada Meret tahun lalu, Kepolisian Belgia agresif melakukan penahanan. LSM HAM di Belgia menyebut pasca itu, keluhan penyalahgunaan wewenang polisi terhadap ras meningkat.
Komisioner Kepolisian Distrik Belgia Theo Van Gasse mengaku, meski pemerintah berusaha mengintegrasikan minoritas dengan lebih baik, setidaknya empat anggota polisi di bawah koordinasinya mengeluh mendapat perlakukan rasis pascakasus bom di Brusssel.