REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Goerge A Makdisi dalam bukunya, Cita Humanisme Islam, menyatakan, keberadaan Ibnu Aqil mempertegas bakat para pengikut mazhab Hanbali. Terutama, dalam bidang kefasihan berbicara. Dalam bidang ini, Ibnu Aqil dikenal sebagai penceramah dan ahli pidato yang piawai.
Menurut Makdisi, Ibnu Aqil mampu berceramah dengan sangat bagus karena memiliki bekal ilmu tata bahasa, budaya, dan puisi, atau syair yang mendalam. Ibnu Aqil menjadi salah satu penceramah yang sangat populer pada abad ke-11, selain Abu Thahir dan Ibnu Al Allaf.
Bahkan, Ibnu Aqil menancapkan pengaruh yang sangat besar pada penceramah ternama pada abad ke-12, yaitu Ibnu Al Jawzi. Dalam mempelajari seni berceramah, Ibnu Aqil memiliki guru yang juga penceramah terkenal, Ibnu Al Allaf.
Ibnu Aqil diajari keterampilan berceramah sejak berusia 11 tahun. Pada awal pembelajaran, selain belajar tentang seni berceramah, ia diharuskan mempelajari ilmu Alquran dan Hadis serta menghafal Aquran yang menjadi sumber utama saat berceramah.
Selain itu, Ibnu Aqil juga mempelajari naskah-naskah ceramah karya cendekiawan terdahulu yang dijadikan model. Setelah mempelajari dan memahami naskah-naskah itu, Ibnu Aqil dituntut untuk bisa membuat naskah ceramah dalam topik tertentu.
Ceramah yang disukai oleh para pendengar adalah ceramah yang disampaikan dengan gaya bicara yang fasih, jelas, dan ringkas. Dan, Ibnu Aqil berkemampuan untuk menarik massa dengan keluasan ilmu yang dikuasai dan kefasihan bicaranya.