REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG -- Di era teknologi digital, santri harus berperan aktif sebagai aktor yang kreatif. Ini agar lahir terobosan dan inovasi yang bermanfaat.
Menpora H Imam Nahrawi menilai, santri zaman sekarang harus siap untuk berprestasi. "Sudah saatnya santri sekarang mengambil peran di media sosial, aktif di media digital. Sudah terlalu lama kita hanya bertahan, saatnya harus menyerang. Menyerang adalah pertahanan terbaik," terang Imam Nahrawi, yang tampil sebagai Keynote Speaker pada Talkshow Kepemudaan, "Santri Milenial: Literasi dan Deradikalisasi". Agenda ini diselenggarakan di Pesantren Mamba'ul Ma'arif, Denanyar, Jombang, Jawa Timur, Sabtu (18/03).
Dalam kunjungan ini, Menpora juga meresmikan Pondok Pemuda di Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar, Jombang. Pondok Pemuda diharapkan menjadi pusat pengkajian santri yang berprestasi dalam khazanah kitab kuning dan pendidikan, sekaligus dalam bidang olahraga.
Di media digital, santri harus menjadi aktor, bukan obyek. Pendapat ini, disampaikan Hasan Chabibie, yang selama ini konsen pada isu literasi digital. "Media sosial merupakan ruang kompetisi gagasan. Santri sudah harus siap dengan perkembangan media digital. Santri sebenarnya sangat kreatif, harus bisa mengambil peran strategis untuk era sekarang," kata Hasan.
Dalam era millennial ini, peran santri dalam bidang literasi dan deradikalisasi di bidang media sosial menjadi penting.
"Di era ini, santri harus konsen mengaji, agar tercipta karakter yang kuat," kata H Adung Abdurrahman, sekjen PP GP Ansor. Dengan kreativitas memanfaatkan media digital diharapkan santri dapat mengampanyekan Islam yang ramah.
KH Abdussalam Shohib mengungkapkan betapa santri harus siap dengan generasi milenial. "Pada era sekarang ini, santri harus mau ngaji, ngopi dan ngayomi. Dalam artian, harus siap belajar dan menjaga khazanah pesantren, harus mau ngopi untuk diskusi serta bercengkerama dengan teman-teman dan masyarakat, yang tidak kalah penting santri harus mau mengayomi," kata Gus Salam.