Kamis 09 Mar 2017 18:28 WIB

HTI Selenggarakan Konferensi Perempuan Internasional Bertema Pendidikan

Rep: Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Juru Bicara Muslimah HTI Ifa Ainurrohmah (kiri), bersama anggota Muslimah HTI yang lain mengunjungi kantor Republika, Jakarta, Kamis (9/3).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Juru Bicara Muslimah HTI Ifa Ainurrohmah (kiri), bersama anggota Muslimah HTI yang lain mengunjungi kantor Republika, Jakarta, Kamis (9/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Organisasi masyarakat (ormas) Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) akan menyelenggarakan konferensi perempuan internasional bertema pendidikan, pada Jumat hingga Sabtu (10-11/3) di Balai Sudirman, Jakarta. Acara tersebut bertajuk “Khilafah dan Pendidikan: Menghidupkan Kembali Masa Keemasan”.

“Acara ini sudah dimulai pada 16 Februari lalu dengan kampanye opini global. Kami angkat tema yang sangat krusial tentang pendidikan,” kata Juru Bicara Muslimah HTI, Iffah Ainur Rochmah, ketika berkunjung ke Republika, Kamis (9/3).

Iffah mengatakan, krisis pendidikan yang terjadi di negara-negara Islam kini sangat nyata. Ideologi kapitalisme dan sekulerisme mendominasi dunia pendidikan. ideologi ini diterapkan, bahkan dipaksakan. Pemerintah negara-negara Islam juga dinilai tidak memiliki visi yang jelas dan kurang independen dalam masalah politik dan ekonomi.

"Fnomena ini juga terjadi di Indonesia. Pergantian kurikulum yang terlalu sering terjadi tak hanya dipicu oleh pergantian menteri, namun juga perubahan global. Ketika terjadi fenomena besar di lingkup global, sistem pendidikan dalam negeri juga ikut terpengaruh," katanya.

Sebagai negara dengan penduduk mayoritas Muslim, Iffah menilai, Indonesia layak menoleh pada pendidikan Islam yang tak hanya unggul dalam mempersiapkan bekal dunia dan akhirat, namun juga ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem ini diterapkan sejalan dengan independensi politik Islam dan menghasilkan kejayaan.

Dalam kunjungannya ke Republika, HTI juga membawa dua orang pembicara, yaitu Direktur Divisi Muslimah Kantor Media Pusat Nazreen Nawaz dan aktivis pendidikan asal Tunisia Nisreen Boudhafry. Nazreen mengatakan, konferensi ini bertujuan untuk menunjukkan sebuah model pendidikan Islam dengan sistem khilafah yang dipercaya lebih terorganisasi, populer, dan berkelas. "Sistem ini konon mampu mengawinkan sistem pendidikan dengan kebutuhan masyarakat," katanya.

Konferensi ini diprediksi akan dihadiri oleh 1.700 tokoh pendidikan dari berbagai ormas dan daerah. Akan ada expo untuk menggambarkan perjalanan pendidikan Islam dari masa ke masa, stand up dakwah, serta grand-final Olimpiade pendidikan agama Islam. Ada tiga bahasa yang akan digunakan dalam pertemuan ini, yaitu Indonesia, Inggris, dan Arab.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement