REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebelum dikenal sebagai Kota Manisa, dari catatan sejarah yang ada, kota tempat berdirinya Masjid Raya atau Ulu Cami itu awalnya bernama Magnesia atau lebih lengkapnya Magnesia ad Sipylus. Kata Magnesia berasal dari suku Magnetes yang berimigrasi ke daerah yang terletak dengan Laut Aegea itu.
Tambahan kata Sipylus di belakangnya merepresentasikan corak dari daerah tersebut, yaitu terdapatnya Gunung Sipil yang berdiri tegak mengawasi kota. Dahulu kota ini menjadi tempat penting bagi Kerajaan Romawi.
Manisa berada di bawah kekuasaan Kesultanan Seljuk pada 1076. Lalu Kerajaan Bizantiium kembali merebutnya pada tahun 1098 setelah Perang Salib pertama. Akan tetapi, daerah itu direbut kembali oleh pasukan Muslim di bawah pimpinan Beylik dari Dinasti Saruhan pada 1313.
Keturunan Beylik masih tetap menguasai Manisa hingga tahun 1390 hingga akhirnya bergabung di bawah kekuasaan Ottoman. Pada abad XV, kota ini terus berkembang dan menjadi semakin makmur. Manisa juga dipilih menjadi tempat latihan bagi putra mahkota. Dari sisi arsitektural, bangunan di kota ini bisa merepresentasikan kemegahan bangunan yang didirikan pada era kekuasaan Ottoman di Turki.
Pelatihan terhadap putra mahkota dimulai pada era Murad II di tahun 1437. Bersama dengan 15 anggota Dinasti Ottoman, termasuk dua di antaranya yang bernama Mehmed II dan Suleyman I, mereka berusaha membangun administrasi di kota tersebut agar nantinya bisa menjadi sebuah kota yang independen.
Di sanalah kemudian putra mahkota diberi tugas untuk memerintah di kota itu, tujuannya agar bisa mendapatkan pengalaman pemerintahan. Akan tetapi, praktik ini hanya berlangsung hingga tahun 1595 karena semakin tidak amannya wilayah di sekitar Manisa.
Selain Masjid Raya Manisa, di kota tersebut juga terdapat beberapa peninggalan arsitektur yang lain. Pada adab XVI, Masjid Sultan dibangun sebagai bentuk penghormatan pada ibu Raja Suleyman yang Agung. Sebagai bentuk penghormatan yang lain, di masjid itu setiap tahunnya diadakan Festival Mesir. Masjid lain yang dibangun pada abad yang sama adalah Masjid Muradiye. Masjid tersebut dibangun oleh arsitek ternama, Mimar Sinan.