Sabtu 04 Mar 2017 09:01 WIB

Sukarno, Trah Bung Karno, dan Raja Salman

Sukarno naik haji pada 1955.
Foto: wordpress.com
Sukarno naik haji pada 1955.

REPUBLIKA.CO.ID, Kharisma Bung Karno laksana abadi. Meskipun telah puluhan tahun sejak ketiadaannya, namanya seperti terus terkenang sepanjang zaman.

Raja bergelar penjaga dua Kota Suci, Salman bin Abdulaziz al-Saud, misalnya, menjadi salah satu tokoh yang terkenang akan Bung Karno. Presiden RI pertama ini rupanya menorehkan kenangan khusus tersendiri bagi Salman.

Salman yang pernah berjumpa dengan Bung Karno saat usianya masih 20 tahun itu, tidak bisa melupakan kenangannya saat bertemu dengan sang pemimpin besar revolusi Indonesia. Karena itu, kunjungan ke Indonesia baginya ibarat nostalgia untuk bisa mengenang negeri seorang pria yang selalu berapi-api ketika menyampaikan pidato.

"Saya teringat Sukarno selalu menyebutkan 'saudara-saudara' setiap kali berpidato," kata Raja Salman kepada Presiden Jokowi

Harap maklum, sebab siapa pun, bakal menjadi Soekarnois ketika membaca kisah Bung Karno. Maka, tak heran jika seseorang yang pernah bertemu hampir pasti akan selalu terkenang.

Bung Karno memang sulit untuk dilupakan, maka wajar ketika Raja Salman berusaha mencari jejak-jejak yang tertinggal di negeri orang yang dirindukannya itu. "Mana cucu Sukarno?," tanya Raja Salman. Puan Maharani pun mendekat beberapa kali untuk menjumpainya.

Sebagai bentuk penghormatan negara terhadap Raja Salman, Presiden Joko Widodo mengundang salah satu putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, ke Istana di sela acara kunjungan Salman di Istana Kepresidenan Jakarta. Dalam kesempatan itulah, Raja Salman dapat bertemu dengan putri Sukarno, yakni Megawati sekaligus cucunya, Puan Maharani.

Pertemuan yang berlangsung selama kurang lebih 15 menit tersebut berlangsung di Istana Merdeka bersama dengan Presiden Joko Widodo dan juga Puan Maharani dalam suasana yang akrab dan bersahabat. Setelah pertemuan, Puan Maharani mengungkapkan bahwa Raja Salman mengapresiasi atas penyambutannya oleh Pemerintah Indonesia.

"Saya merasa bahwa sambutan Presiden Joko Widodo kepada Raja Arab Saudi apalagi bisa bertemu dengan anak dan cucu presiden Sukarno ini merupakan suatu bentuk sejarah yang semakin erat dengan Arab Saudi," ujar Raja Salman sebagaimana dikatakan Puan.

Ada cerita unik menurut Raja Salman terkait hubungan antara raja Arab Saudi terdahulu dengan presiden Sukarno.

Puan Maharani mengatakan, belum diketahui dengan jelas siapa raja Arab Saudi yang pernah berkunjung ke Indonesia dan bertemu dengan kakeknya itu.

Namun, Puan menceritakan, presiden Sukarno sempat membuatkan tempat tidur khusus untuk raja tersebut. "Jadi menceritakan bahwa waktu itu Raja Saudi ada yang bertemu dengan Bung Karno. Ini yang tadi kita bicara, nggak tahu Raja Saudi yang mana, bahwa Raja Faisal atau Abdullah," kata Puan.

"Kemudian pada kesempatan itu raja yang mau datang ke Jakarta karena tinggi besar sekali nggak ada tempat tidur yang cukup, nah Bung Karno selaku arsitek membuat tempat tidur khusus untuk raja tersebut, rajanya lupa, sepanjang dua meter. Sekarang tempat tidur itu ada di Istana Bogor," ujar Puan.

Akhirnya, pada kunjungannya ke Indonesia, Raja Salman dapat bertemu secara khusus dengan anak dan cucu dari presiden Sukarno. "Ini menunjukkan bukti bahwa hubungan antara Arab Saudi dengan Indonesia, Sukarno dengan Raja Faisal sangat erat, saya tentu saja menyempatkan diri untuk bertemu anaknya Bung Karno untuk melanjutkan hubungan ini," kata Raja Salman seperti diungkapkan oleh Puan Maharani.

Haji akbar

Jadi siapakah Bung Karno bagi Arab Saudi? Jelas bahwa sang pemimpin besar revolusi itu adalah seorang haji akbar.

Ia menunaikan ibadah haji pada 1955 dengan ritual inti haji tepat jatuh pada hari Jumat ketika itu sebagai hari suci bagi Umat Islam. Karena itu, ia pun mendapatkan gelar haji akbar dan mendapatkan tambahan nama "Ahmad" di depan namanya meskipun Bung Karno tetap sungkan menggunakannya.

Sejarah Arab Saudi mencatat, perbaikan jalur antara bukit Shafa dan Marwah adalah berkat saran Bung Karno kepada raja setempat. Pada 1955, pengaruh Bung Karno memang begitu besar, tidak saja di negara-negara Asia dan Afrika, tetapi hingga ke bentang Eropa, Amerika, bahkan Timur Tengah, termasuk Arab Saudi.

Roso Daras dalam blog pribadinya menuliskan tentang Dr Soeharto, dokter pribadi yang ikut serta dalam rombongan haji Bung Karno, yang menuturkan betapa dirinya merasa beruntung. Sebab, tidak seperti kebanyakan jamaah haji yang lain, maka Bung Karno dan rombongan diperkenankan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW di areal Masjid Nabawi, Madinah. Namun faktanya Raja Arab Saudi begitu menghormati Bung Karno.

Dalam perjalanan pulang dari Tanah Suci, kepada Dr Soeharto dan didengar anggota rombongan yang lain, Bung Karno sempat menyampaikan pesan spiritualnya. Katanya, "To kamu hendaknya jangan mempergunakan predikat haji, sebelum kamu betul-betul dapat mendirikan tidak sekadar menjalankan shalat secara tertib sebagaimana yang diperintahkan."

Kehadiran Raja Salman menjadi bukti betapa penghormatan Keluarga Kerajaan Arab Saudi terhadap trah Bung Karno seorang bapak pendiri bangsa begitu besar. Karena itu, bangsa Indonesia semestinya berbangga pada sejarah bangsanya yang besar dan tidak terjebak untuk mendewakan kemewahan yang ditunjukkan pemimpin bangsa lain.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement