REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Islam Indonesia sekarang merupakan Islam yang mempunyai peradaban tinggi karena kemampuannya berdialog dengan budaya dan peradaban dunia. Cendekiawan Muslim KH Mun’im DZ mengatakan, peradaban Islam di Indonesia bertemu dengan peradaban Maghribi dari Maroko, kebudayaan Mesir, kebudayaan Arab Saudi, Persia, ke timur lagi dengan kebudayaan India, Konfusianisme china.
"Di situ kita berpandangan Islam Nusantara adalah Islam yang paling sempurna. Karena Islam di Nusantara itu sangat matang, sangat berpengalaman,” kata kiai Mun'im dalam diskusi bertajuk "Peradaban Islam Nusantara" di Islam Nusantara Center, gedung Wisma Usaha UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, kemarin, Rabu (1/3).
Namun, menurut penulis buku Fragmen Sejarah NU ini, ada titik temu antara kalangan Barat dan Wahabi dalam melihat Islam di Nusantara yang tradisional serta sangat kental dengan budaya lokal. Kedua pemikiran tersebut sama-sama mengkritik bahwa Islam di Nusantara belum sepenuhnya Islam.
Islam Nusantara sebagai antitesis Barat, kata dia, tercampur peradaban lokal karena itu harus dimodernisasi. Hal itu sejalan dengan kelompok Islam modernis yang menganggap Islam Nusantara penuh dengan kemusyrikan dan harus dimurnikan. “Di sini Barat dan Wahabi bertemu,” kata dia.
Sejalan dengan pendapat Kiai Mun’im, penulis buku Masterpiece Islam Nusantara, Gus Z Milal Bizawie, mengatakan bahwa ini adalah tugas peradaban, ketika santri harus melanjutkan perjuangan para pendahulu. Salah satunya dengan melakukan pembacaan ulang terhadap karya ulama Nusantara dan mengkritisi karya-karya orientalis.
"Kita harus meng-crosscheck, referensi balik, kembali menggali data dari lokal dan menandingi karya-karya mereka," ujar Gus Milal, sapaan akrabnya.