REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Isa bin Maryam as adalah nabi terakhir dari kaum Bani Israil. Ia dilahirkan di Kota Bethlehem, Palestina, pada 1 M, di tengah Pemerintahan Raja Romawi, Herodes. Kelahirannya merupakan mukjizat Allah karena ibunya, Maryam, adalah wanita yang dikenal suci dan menjaga kehormatannya. Kisahnya disebutkan dalam surah Maryam ayat 16-21.
Mukjizat-mukjizat lainnya mewarnai perjalanan dakwahnya sebagai nabi yang diutus pada 29 M. Bahkan, mukjizat juga muncul sejak ia masih di dalam buaian ibunya. Ia berbicara untuk membuktikan ketidakbersalahan dan kesucian ibunya.
Saat menginjak usianya yang ke-30, Isa pergi mendatangi Yahya bin Zakariya. Yahya membaptisnya dan memandikannya.
Menurut Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts dalam Atlas Sejarah Nabi dan Rasul, inilah yang kemudian dinamakan “pembaptisan” oleh pemeluk Nasrani.
Turunnya Malaikat Jibril setelah itu menandai awal kenabian Isa. Ia lalu pergi ke Padang Sahara dan berpuasa selama 40 hari. Allah kemudian menurunkan kitabnya, Injil, kepada Isa. Sejak itu, Nabi Isa bergerak untuk berdakwah di tengah kaum Yahudi yang telah menyimpang dari syariat Musa as.
Ketika Isa merasa kaumnya telah kafir dan semakin ingkar, ia berangkat ke Baitul Maqdis pada hari raya Yahudi, ketika orang-orang Yahudi di sekitar tempat tersebut berkumpul di sana. Hal itu membuat marah para pendeta Yahudi sehingga mereka membuat berita dusta tentang Isa yang disampaikan pada penguasa Romawi, Pilatus (pengganti Herodus).
Pilatus pun meminta para pendeta itu untuk mengadili dan menghukumnya. Salah seorang pengikut Isa yang berkhianat, Yahudza al-Askharithi (Yudas Iskariot) menunjukkan tempat persembunyian Isa. Allah menunjukkan kekuasaannya dengan menyerupakan wajah Yahudza dengan Isa. Maka prajurit Romawi menangkapnya dan menggiringnya pada Pilatus, lalu menyalib dan membunuhnya.
Allah lalu mengangkat Nabi Isa yang selamat dari pembunuhan tersebut ke sisinya. Allah berfirman dalam surah An- Nisa’ ayat 157-158, “… mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti per sangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”