Kamis 02 Mar 2017 17:14 WIB

Agar Terbentuk Birokrasi Kuat

Rep: Nashih Nasrullah/ Red: Agung Sasongko
Pegawai Negeri Sipil (ilustrasi)
Foto: Antara
Pegawai Negeri Sipil (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Fungsi dan peran birokrasi, pada prinsipnya, ialah memberikan pelayanan penuh terhadap masyarakat. Namun, mewujudkan aparatur negara yang bermartabat tidaklah mudah.

Banyak hal yang mesti dilakukan agar terbentuk birokrasi yang kuat. Dalam salah satu sisi keteladanan Rasulullah SAW terdapat sudut yang menggambarkan tentang bagaimana mengemban amanat sebagai aparatur negara.

Dalam buku Ensiklopedi Muhammad Sebagai Negarawan dijelaskan, Rasulullah SAW adalah seorang kepala negara. Beliau ada untuk rakyatnya sepanjang waktu. Meskipun tidak ada departemen-departeman, seluruh tata administrasi diselenggarakan secara efisien dan efektif serta tidak ditunda-tunda. Instruksi diberikan kepada para gubernur, petugas pengumpul zakat, administrator, dan lainnya.

Keadilan ditata sedemikan rupa sehingga kesemuanya di selenggarakan dengan jujur dan tidak berpihak. Mene lu suri jejak keteladanan Rasulullah, ada beberapa hal yang di tekankan oleh Rasulullah un tuk membangun birokrasi kuat dengan aparatur negara yang andal dan kompeten. Beberapa tuntunan yang pernah diajarkan oleh Rasulullah ter sebut antara lain:

Pertama, fit and proper test. Uji kelayakan dan kompetensi calon aparatur dan pejabat negara sebagai peme gang kebijakan kelak mutlak diperlukan sebelum mereka diberi kepercayaan dan ama nat. Rasulullah melakukan tes dengan mengevaluasi standar pengetahuan dan keterampilan calon tersebut. Langkah ini dilaku kan oleh Rasulullah tiap kali mengutus para gu ber nur ke wilayah-wilayah Islam.

Seperti yang berlaku pada Mu’adz bin Jabal ketika hendak diutus ke Yaman. Rasulullah bertanya kepadanya, de ngan apakah kelak ia akan mengambil keputusan menghadapi kasus-kasus yang memerlukan kepastian hukum. Mu’adz menjawab, keputusannya kelak akan merujuk pada Alquran dan hadis Rasulullah serta ijtihad. Jawaban itu, mendapat apresiasi Rasulullah.

Kedua, menyusun program kerja. Aparatur negara berkewajiban menyusun program kerja dengan target-target yang jelas. Melalui penyu sunan itu maka keberhasilan kinerja aparatur negara bisa diukur. Program kerja yang disusun harus selain disusun dengan cermat, juga pelaksanaannya meski efektif, efesien, dan tepat waktu. Pela yanan dan kepuasan warga negara menjadi prioritas uta ma. Hal ini mengingat, para aparatur negara tak lain, dalam pandangan Islam, ialah para abdi masyarakat.

Diriwayatkan bahwa Rasulullah menginstruksikan seluruh gubernur, administrator, penghimpun zakat, dan pemimpin negara, tokoh agama, agar memberikan jawaban dan pelayanan bagi warga, baik yang berkenaan dengan masalah keagamaan atau kenegaraan, paling lambat tiga hari sejak permohonan pelayanan itu diajukan oleh masyarakat.

Ketiga, dokumentasi. Pe nguatan arsip dan dokumentasi. Kedua hal itu adalah per kara mendasar dalam biro krasi pemerintahan. Termasuk juga di berbagai instansi swas ta atau serikat sekecil apa pun. Tiap catatan tentang peristiwa atau hal apa pun harus tertulis dan diabadikan. Arsip-arsip penting harus terjaga dengan rapi.

Rasulullah memberikan kepercayaan kepada Zaid bin Tsabit untuk memegang jabatan sebagai penulis semua dekrit, surat perintah, dan dokumen-dokumen negara tersebut. Konon, surat-surat itu dikumpulkan dalam satu tempat secara rapi.

Sepeninggal Rasulullah, Zaid kembali dipercaya Mua wiyah dan para sahabat me nugaskan pekerjaan itu ke padanya. Tak hanya Zaid, dalam kitab A’lam as-Sailin ‘An Kutub Sayyid al-Mursalin karya Muhammad Ibn Thulun ad-Dimasyqi, disebutkan terdapat 43 sahabat yang pernah mendapat tugas menuliskan dokumentasi penting pada masa Rasulullah hidup dan seusai beliau wafat

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement