Kamis 23 Feb 2017 10:06 WIB

Umat Islam Jadi Korban Konflk Etnis di Sri Lanka

Muslim Sri Lanka
Muslim Sri Lanka

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sri Lanka memperoleh kemerdekaannya dari penjajahan kolonial pada 1948. Pada saat itu, kaum Muslim terbebas dari segala penindasan di seluruh sektor kehidupan, seperti budaya, politik, dan sosial. Di awal kemerdekaan, mayoritas Sinh memegang kekuasan dan menjalankan pemerintahan dengan sistem demokrasi yang menguntungkan kaum Muslim.

Namun, pemerintahan berikutnya mulai melakukan diskriminasi terhadap kaum Muslim dengan membangun permukiman bagi warga Sinh agar mereka tidak menjadi penduduk mayoritas. Tahap demi tahap pemerintah mengurangi jumlah sekolah-sekolah bagi kaum Muslim, melarang mereka belajar di universitas, serta menghancurkan sendi-sendi perekonomian mereka.

Kondisi ini berlangsung sampai musibah besar menimpa negeri ini, seiring dengan terjadinya peperangan antara etnis Tamil dan Sinh pada 1983. Etnis Tamil menuntut kemerdekaan dengan mendirikan sebuah negara di sebelah selatan dan timur Sri Lanka. Tuntutan ini menggiring mereka pada pertikaan bersenjata dengan Pemerintah Sri Lanka yang menelan ribuan korban jiwa.

Pertikaian antaretnis itu tidak menguntungkan posisi warga Muslim. Di tengah pertikaian itu, banyak warga Muslim yang terpaksa mengungsi. Kehidupan mereka di pengungsian jauh dari kondisi yang harmonis.

Banyak di antara mereka yang tinggal di perkemahan dengan kebutuhan hidup minimal, sulit mendapatkan pekerjaan yang memadai untuk mengatasi kesulitan ekonomi mereka. Kesempatan bagi anak-anak mereka yang tinggal di pengungsian untuk mendapatkan pendidikan, apa boleh buat, menjadi terbatas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement