Jumat 17 Feb 2017 19:15 WIB

Sunan Ampel Perintis Wali Songo

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Agung Sasongko
Pengunjung berjalan di sekitar kawasan makam Sunan Ampel ,Surabaya, Jawa Timur, Jumat (10/4).
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung berjalan di sekitar kawasan makam Sunan Ampel ,Surabaya, Jawa Timur, Jumat (10/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dakwah dan syiar yang diemban Wali Songo menjadi tonggak terpenting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, terutama di pulau Jawa. Dikatakan tonggak terpenting karena kedatangan saudagar-saudagar Muslim sejak 674 Masehi ternyata tidak serta-merta diikuti oleh penyebaran Islam di kalangan penduduk pribumi.

Dalam buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto yang tak lain adalah tokoh dan Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) Nahdlatul Ulama (NU), dikutip keterangan yang bersumber dari Historiografi Jawa. Di sana disebutkan, pada awal dasawarsa 1440-an, telah datang kakak beradik asal Champa ke tanah Jawa.

Adapun nama kakak tersebut, yakni Ali Murtolo (Murtadho) dan adiknya bernama Ali Rahmatulah. Keduanya datang bersama sepupu mereka yang bernama Abu Hurairah. Belakangan sang adik, yakni Ali Rahmatullah diangkat menjadi imam di Surabaya dan kakaknya dikukuhkan sebagai raja pandita di Gresik.

Berpangkal dari keluarga asal Champa inilah penyebaran Islam berkembang di wilayah Majapahit. Terutama setelah putra-putra, menantu, kerabat, serta murid-murid dari dua orang kakak beradik tersebut berdakwah secara sistematis melalui jaringan dakwah yang disebut Wali Songo yang menurut perkiraan, dibentuk pada pertengahan dasawarsa 1470-an.

Diketahui belakangan Ali Rahmatullah atau Imam Rahmatullah dikenal dengan nama lain, yakni Sunan Ampel. Menurut Lembaga Riset Islam Pesantren Luhur Sunan Giri Malang dalam Sejarah dan Dakwah Islamiyah Sunan Giri diterangkan bahwa kedatangan Imam Rahmatullah ke Jawa bersama kakak dan sepupunya memang untuk mensyiarkan Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement