REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Polisi Jawa Timur akan tetap melakukan pendataan terhadap kiai dan ulama. Setelah itu, Polda Jatim juga berencana mendata para pemuka agama lainnya.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombespol Frans Barung Mangera, mengatakan, tujuan pendataan terhadap para kiai dan ulama pengasuh pondok pesantren adalah untuk silaturahim. Bahkan, selama beberapa pekan terakhir, Kapolda Jatim Irjenpol Machfud Arifin telah mengunjungi para kiai dan ulama.
Menurutnya, Polda Jatim juga telah melakukan pertemuan dengan Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jatim untuk konfirmasi terkait tujuan pendataan kiai.
“Ketua MUI, Wakil Ketua PWNU sudah menyatakan itu adalah silaturahmi, jadi jangan suuzon. Kapolda selama ini sudah mengunjungi Pesantren Tebuireng, Ploso, Gus Ali di Sidoarjo, semua menyatakan Kapolda hanya ingin silaturahmi,” kata Frans Barung saat ditemui Republika.co.id di ruang kerjanya, Rabu (8/2).
Ia menekankan, Kapolda merupakan warga baru di Polda Jatim sehingga butuh meminta masukan dan wejangan dari para kiai untuk keamanan dan ketertiban masyarakat di Jatim. “Kalau Polda ada hajatan, jangan sampai salah undang, alamat harus jelas,” ujarnya.
Terkait data para kiai dan ulama di PWNU, menurutnya baru terkuak saat dialog antara Polda dengan PWNU. “Datanya sama saja, karena PWNU sudah ada, kita tidak usah capek-capek,” ujar Frans Barung yang sebelumnya menjabat sebagai Kabid Humas Polda Sulawesi Selatan tersebut.
(Baca Juga: Kapolda Jatim Lakukan Pendataan Kiai, untuk Apa?)
Selanjutnya, Polda Jatim juga akan melakukan pendataan pemuka agama lain, yakni para pendeta Kristen, pastur Katolik, biksu Budha, pendeta Hindu maupun Konghucu. “Nanti juga pengin sowan kepada tokoh agama lain, nanti juga akan ada pendataan,” kata dia mengakhiri.