REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam dibawa ke Afrika Barat oleh pedagang Muslim Berber dan Tuareg. Tak hanya sebatas keyakinan, Islam juga membentuk sistem politik, sosial, hingga seni dan budaya. Kerajaan Mali telah berdiri kokoh di sana jauh sebelum negeri ini kemudian dijajah Prancis. Mansa Musa, merupakan salah satu raja di kerajaan tersebut yang paling banyak berkiprah dan membawa pengaruh bagi peradaban Islam di Mali.
Pada masa keemasan Kerajaan Mali, ilmu matematika, astronomi, sastra, dan seni berkembang pesat. Peradaban Islam terus berkembang hingga pada abad ke-19 saat Mali dikuasai Prancis. Mali baru merdeka sebagai negara Republik tahun 1960.
Tiga kota di Mali, yakni Timbuktu, Gaio, dan Kano, bahkan akan segera menjadi pusat pembelajaran Islam internasional. Salah satu dari tiga kota itu, yakni Timbuku, dulu merupakan kota peradaban Islam. Di sana, banyak manuskrip Islam yang disalin atau ditulis sejak abad ke-14.
Selama lebih dari 600 tahun, Timbuktu menjadi pusat agama dan budaya Islam. Kota ini pun berkembang menjadi kota perdagangan, khususnya bagi para pedagang Mediterania yang mendapat emas dari Afrika Barat dan Selatan.
Hingga kini, Kota Timbuktu memiliki reputasi tinggi dalam bidang pendidikan Islam. Terdapat sebuah perguruan tinggi bernama Universitas Timbuktu yang kondang di seluruh dunia Islam. Di universitas ini pula, manuskrip peradaban Islam dipelajari.
Terdapat pula Madrasah dan Universitas Sankore yang berada di Masjid Sankore, sebuah masjid yang dibangun dari lumpur pada 1325 Masehi. Masjid ini difungsikan sebagai universitas sejak awal abad ke-14. Seorang cendekiawan Muslim, Ahmad Baba, lulus dari universitas tersebut. Sedikitnya 25 ribu pelajar dapat menimba ilmu di sana. Perpustakaannya menyimpan 400 ribu hingga 700 ribu manuskrip.
Beragam ilmu umum diajarkan, selain ilmu Islam, bahasa Arab, serta menghafal Alquran. Universitas ini merupakan salah satu tempat pembelajaran terkemuka di dunia Islam, selain Universitas Al-Azhar dan Universitas Qurtuba.
Selain sebagai pusat pendidikan, Timbuktu juga menjadi magnet destinasi wisata para pelancong asing. Ratusan bangunan kuno di kota tersebut menjadi situs warisan dunia UNESCO. Namun, sejak konflik politik meletup di Mali, Timbuktu menjadi kota yang suram. Kota ini dilaporkan menjadi pusat latihan kelompok oposisi. Beberapa situs budaya juga hancur akibat konflik yang masih berlangsung hingga kini.