Senin 06 Feb 2017 09:11 WIB

Jangan Mengumbar Aib

Rep: c62/ Red: Agung Sasongko
Bisikan gaib (Ilustrasi)
Bisikan gaib (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Dunia politik dan hukum Indonesia saat ini sedang gaduh. Membuka aib lawan dalam dunia politik dianggap sebuah kewajaran.

Publik figur pun tak malu lagi membuka kisah aibnya dengan menggelar konferensi pers terbuka. Padahal, membuka aib merupakan perbuatan yang dilarang keras dalam agama Islam.

Mantan Rektor Institut Ilmu Quran (IIQ), Prof Akhsin Sakho dalam Dialog Jumat Republika, Edisi 6 Februari 2017, mengetakan melihat keadaan sekarang ini penuh polusi. Bukan hanya polusi udara, melainkan banyak pula polusi berita.

Seperti, berita tentang pornoaksi, pornografi, dan polusi karena adanya berita bohong.  “Ketiganya membuka aib orang lain dan itu termasuk polusi berita,” katanya.

Secara tegas Alquran dan hadis melarang keras umat Islam membuka keburukan di antara umat Islam lainnya. Diriwayatkan Bukhari, “Barang siapa menutup aib seorang Muslim maka Allah akan menutup aibnya,”.

Akhsin menyebut globalisasi yang kebablasan menjadi faktor biasanya orang saling mengungkap aib. Orang merasa bebas berbicara apa saja dan melakukan apa saja, baru diperhitungkan belakangan.

Untuk itu, perlu ada semacam penjelasan dari para ulama dan dai sampai di mana batasan ghibah itu perlu dilakukan. Dalam hukum fikih, ghibah boleh dilakukan apabila ada orang terzalimi oleh orang lain.

Pada zaman Rasulullah ada sorang istri mengadukan sikap suaminya yang pelit. Namun Rasulullah hanya diam karena apa yang disampaikan seorang istri itu merupakan ghibah. Di sisi lain mengungkapkan kepelitan suaminya itu termasuk hak seorang istri.

Akhirnya, Rasulullah kala itu menyarankan  seorang istri tersebut untuk mengambil uang suaminya tanpa sepengetahuan suaminya, namun masih dalam batasan  wajar. Kemudian, kata Nabi, ‘Ambilah uang suamimu untuk kamu dan anak-anakmu, tetapi dengan secara yang wajar’.

Dalam ayat Alquran, Allah tidak senang seorang Muslim memaparkan kejelekan orang lain. Setiap orang sudah tentu memiliki sedikit banyak kekurangan pada masa lalu. Ini karena fitrahnya tidak ada orang yang  bersih dari aib. Untuk itu, ia menyarankan agar umat Islam menghindari prasangka buruk terhadap orang lain dan mencari-cari kesalahan orang lain.

Akhsin menyarankan jika mendengar kerabatnya berghibah, disarankan untuk menghindar atau mengalihkan pembicaraan ghibah tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement